A. Fungsi Wahyu
Menggali dan meneliti kembali asa hidup dan pandangan hidup Islam, kita perlu membuka Al Kitab, mengetahui kehendak dan fungsi Wahyu dalam tata-kehidupan manusia dan mengendalikan kemanusaan sesuai dengan pola dan formula Al-Chalik Maha Pencipta Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Rangkaian wahyu yang kita angkat dibawah ini, adalah meletakkan tangga
tempat naik untuk mengenal hakekat (Ma’rifatul-hakekat), apa tujuan dan sengaja
Ilahy menciptakan Hidup dan membuat halaman kemanusiaan bercahaya diatas
buminya.
Wahai manusia sekalian !
Sesungguhnya telah datang kepada kamu satu keterangan dari Tuhan
kamu, dan Kami telah turunkan kepadamu satu cahaya yang nyata.
Maka adapun mereka yang beriman kepada Allah dan berpegang
kepada Al Qur-an itu, Tuhan akan memasukkan mereka didalam rahmat dan Karunia
dari padaNya, dan Ia akan memimpin mereka kejalan yang lurus yang akan
menyampaikan mereka kepadaNya. (QS. Annisaa’: 175-176)
Wahai ahli kitab !
Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menerangkan
kepada kamu banyak sekali dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan ia
(Rasul itu) tidak memperdulikan banyak lagi kesalahan kamu.
Sesungguhnya telah datang kepada kamu dari Allah Cahaya dan Kitab
yang menerangkan.
Dengan kitab itu, Allah memimpin orang yang menurut keridlaanNya
dijalan keselamatan, dan Kitab itu mengeluarkan mereka daripada belenggu
kegelapan kepada cahaya terang dengan idzinNya, dan kitab itu memimpin mereka
kejalan yang lurus. (QS. Al Maidah : 15-16)
Ini suatu kitab yang kami turunkan kepada kamu, supaya engkau
keluarkan manusia dari kungkungan kegelapan kepada Cayaha dengan idzin Tuhan
mereka, kejalan Tuhan Yang Maha Gagah, Maha Terpuji. (QS. Ibrahim : 1)
Tidak kami turunkan kepadamu Qur-an, supaya engkau jadi susah
dan gelisah.
Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut.
Diturunkan dari Tuhan yang menjadikan bumi serta langit-langit
yang tinggi.
Barang siapa yang berpaling dari pada peringatan, maka adalah
baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengabulkan dia pada hari Qiyamat
dalam keadaan buta.
Ia berkata : “Wahai Tuhanku ! Mengapakah Engkau kumpulkan aku
dalam keadaan buta, padahal dahulunya aku adalah orang yang melek” Ia (Allah)
menjawab : “Begitulah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, tetapi engkau
lupakan dia, dan begitulah hari ini engkau dilupakan. Dan begitulah Kami balas
orang yang melewati batas, dan tidak
ber Iman kepada ayat-ayat Tuhannya, Dan sesungguhnya ‘adzab Achirat lebih pedih
dan lebih kekal. (QS. Thaha : 2-4, 124-127)
Allah sediakan untuk mereka siksa yang keras, maka hendaklah
kamu berbakti kepada Allah, wahai manusia yang berfikir, yang beriman.
Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu satu peringatan.
Yaitu seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang nyata untuk
mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari belenggu gelap
kepada Cahaya terang.
Barang siapa ber-Iman kepada Allah dan menjalankan shaleh, pasti
Dia masukkan ia kedalam syurga yang mengalir padanya sungai-sungai, dan mereka
kekal didalamnya selama-lamanya, sesungguhnya Allah telah menyempurnakan
karunia baginya (QS. Atthalaq : 10-11)
Ialah yang menurunkan atas hambaNya perintah yang nyata dan
jelas, karena Ia hendak melepaskan kamu dari belenggu kegelapan kepada Cahaya
terang, sesungguhnya Allah itu belas kasihan kepada kamu. ( QS. Al Hadied : 9 )
Rangkaian wahyu yang dikemukakan diatas, adalah fundasi-landasan untuk memahamkan apa fungsi dan arti Risalah yang kita bawa ketengah-tengah dunia untuk berbicara dan berkata dalam gelanggang dan halaman kemanusiaan.
Persoalan zaman kita bukanlah lagi berkisar pada ada atau tiadanya Tuhan, tetapi berkisar kepada Tuhan yang mana yang
wajib disembah dan di tha’ati.
Bukan lagi berkisar kepada perlu atau tidak perlunya agama, tetapi
berkisar kepada Agama yang bagaimana yang sanggup menjawab dan memecahkan
persoalan dan tuntutan kemanusiaan, agama yang dapat dijadikan anutan dan
pegangan.
Bukan lagi berkisar pada perlu atau tidaknya Iman dan kepercayaan, tapi
berkisar kepada kepercayaan dan keyakinan yang bagaimana yang sesuai dengan Fithrah-Insaniyyah,
dasar kemanusiaan yang asli dan murni.
Susunan filsafat demi susunan filsafat, ternyata tidak mampu menyiram
kemanusiaan dan kehidupan yang kering dan layu.
Filsafat ternyata tidak mampu memecahkan rahasia dan misteria hidup,
menunjukkan tujuan hidup kepada manusia.
Da’wah Islam langsung datang kepada fithrah-Insaniyyah, membuka matahati dan nurani kemanusiaan.
Sebagaimana mata biasa tidak mungkin dapat melihat dan menikmati warna
yang indah tanpa mata yang dapat melihat, demikian pula matahati dan nurany
kemanusiaan tidak akan mampu melihat dan menggunakan hikmah-keagungan Ilahy,
tanpa adanya Nur dan Cahaya Wahyu dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nur dan cahaya Wahyu tidak mungkin pula akan dapat ditangkap oleh hati
yang buta dan kemanusiaan yang telah ternoda.
Menyambung cahaya besar dengan cahaya kecil, menyambungkan Cahaya Ilahy
dengan nurani kemanusiaan, itulah pokok tugas Da’wah Islam dalam arti yang
umum.
Persoalan kemanusiaan zaman kita demikian menyeluruhnya dan penuhnya.
Hanyalah dengan berpedoman kepada Al-Kitab, berpedoman kepada Wahyu,
Ideologi Da’wah Islam akan mampu menjawab dan memecahkan persoalan yang penuh
dan menyeluruh itu.
Muhammad Ali Jinnah pembangun Negara Islam Pakistan itu pernah berkata
:
Bahwasannya Islam itu bukan hanya sekedar rentetan upacara ibadah belaka, tetapi adalah satu hukum, satu syari’at yang maha sempurna, mengatur peri kehidupan dan memberikan kesejahteraan kepada pribadi dan masyarakat.
Agama kita yang hanief itu adalah agama yang mahasempurna,
diatasnyalah kita hidup menurut ajaran-ajarannya yang luhur, maka
sukses-berhasilnya kita bergantung kepada kesediaan dan kerelaan kita mengikuti
ajaran-ajaran emas ini, yang dibawa oleh Al Quranul karim dan ditafsirkan oleh
Nabi yang besar dengan ucapan dan perbuatannya.
Al Ustadzul Imam Prof. Syech Muhammad Abduh dalam Muqadimah Tafsirnya (Al-Hakiem) menulis :
....... saya yakin sungguh, sebab kelumpuhan dan kelemahan kaum
Muslimin adalah oleh karena mereka telah berpaling dari pimpinan Al-Qur-an.
Kemuliaan mereka, kemenangan mereka dan hak milik kekuasaan mereka tidaklah
akan pulih kembali kepada mereka, kecuali jika mereka telah kembali kepada
pimpinan Al-Qur-an, mentha’ati petunjuknya dan memegang teguh talinya,
sebagaimana yang mereka dapat lihat dan mengetahui yang demikian itu dengan
jelasnya dalam ayat-ayat yang menerangkan demikian itu.
Dengarlah seorang Barat Prof. M. Thonnon ikut menyalahkan Ummat Islam tatkala dia menulis :
....... Tuan orang Timur sangat gemar meniru kami orang Barat :
tetapi yang tuan tiru itu ialah perkara-perkara yang amat rendah,
kerusakan-kerusakan dan hal-hal yang sama sekali tidak berguna, bahkan tuan
sangat gemar meniru kami dalam perkara yang oleh orang Barat sendiri dianggap
penyakit yang merusakkan tubuh, dan orang terpelajar Barat memerangi dan
membasminya.
Jikalau tuan ingin berkemajuan yang sebenar-benarnya dan ingin
berdiri sama tinggi dengan kami, maka pertama-tama pegang teguhlah agamamu,
sebab aku dapatkan Al-Qur-an itu berisi pengajaran yang amat luhur, cukup
mengatur peri lahir dan bathinmu
Nabi Muhammad SAW yang telah
memenangkan keyakinan Islam dan berhasil menegakkan Negara Islam yang pertama
di Madinah, pada sahir hayatnya meninggalkan pesan dan wasiat kepada Muslimin :
Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu (tuntunan) manakala
kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan sesat selama-lemanya,
suatu ketentuan yang cukup jelas yaitu Kitab Allah dan Sunnah NabiNya
Perjuangan Nabi telah menang dan berhasil menegakkan Daulah dan Hukumah, Syaukah dan Kekuasaan yang berupa Madinatul Munawarah, namun beliau tidak meninggalkan pesan bahwa beliau meninggalkan negara sebagai warisan kepada Ummatnya, tetapi hanyalah Al-Qur-an dan dan Sunnah, harta lama pusaka bersama bagi kaum Muslimin.
Wasiat terachir itu mengajarkan kepada kita bahwa Negara, Daulah dan
Hukumah, kekuasaan dibumi hanyalah natijah atau akibat dari berpegang teguhnya
kaum Muslimin kepada Qur-an dan Sunnah.
Kekuasaan akan lenyap, kemuliaan akan runtuh, persatuan akan binasa,
Daulah dan Hukumah akan bertukar dengan perbudakan dan perhambaan, jikalau
Ummat Islam telah lepas dari pimpinan Al-Qur-an dan Sunnah.
Berabad-abad Dunia Islam dalam kungkungan dan belenggu imperialisme
Nasrani.
Chilafah Umaiyah, Abbasiah, Fathimiyah, Usmaniyah runtuh semuanya, dan
kekuasaan direbut oleh kaum imperialis, karena kaum Muslimin telah lari dari
pimpinan Al-Qur-an dan Sunnah.
Keadaan yang demikian itu, telah diramalkan oleh Rasulullah SAW. Dalam
sebuah Hadiets :
Kamu sekalian senantiasa akan ditolong oleh
Allah untuk mengalahkan musuh-musuh kamu, selama kamu tetap memegang teguh
Sunnahku. Sekiranya kamu telah keluar dari Sunnahku, Allah akan menurunkan
pemerintahan atas kamu semua dari pada musuh-musuh kamu orang yang
menakut-nakuti kamu. Maka tidak akan dicabut rasa takut dari hati kamu kembali
sebelum mentha’ati Sunnahku.
Kekuasaan, kekuatan, kebebasan dan kemuliaan yang dijanjikan dalam Al-Qur-an kepada Ummat Islam, tidak akan diberikan selama mereka tidak berpegang teguh secara konsekwen kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
Ummat yang sudah lepas dari pimpinan Qur-an dan Sunnah, tidak berhak
memiliki kemuliaan dan kebesaran, tidak berhak mewarisi bumi sebagai chalifah,
penguasa atasnya.
Ideologi Da’wah Islam sepenuhnya harus bersumber kepada Qur-an dan
Sunnah.
Dengan Qur-an dan Sunnah kaum Muslimin berbicara kepada manusia, ikut
memberikan sumbangannya untuk membangun bangsa dan negara, membangun dunia dan
kemanusiaan yang bersalam dan berbahagia.
Ummat Islam tidak akan mampu berbuat baik, ber-amar ma’ruf dan ber-nahi
munkar dimuka bumi, memberi sumbangan kepada kemanusiaandan kebudayaan, ekonomi
dan politik, sosial dan masyarakat, jikalau Ummat Islam tidak berpedoman kepada
Qur-an dan Sunnah.
Hanya itulah satu-satunya harta-kekayaan kita, milik pusaka kita.
Setelah bebas dan lepasnya bangsa-bangsa Afro-Asia dari belenggu
imperialisme Barat, dan zaman kita ditandai oleh kiamatnya imperialisme dan
kolonialisme, bangsa-bangsa Afro-Asia dan dunia umumnya kini menghadapi
pembangunan dalam segala lapangan : pembangunan bangsa dan negara, pembangunan
dunia dan kemanusiaan, perdamaian yang abadi dan sejati.
Kaum Muslimin seantero nation harus aktif memberikan sumbangan yang
positif untuk membangun dunia dan kemanusiaan itu.
Ummat Islam tidak boleh pasif dan statis membiarkan pembangunan dunia
tanpa mendengar suara dan bahasa kaum Muslimin.
Sebagai Ummatan
wasathan, Ummat
penengah, Ummat Risalah kita bertanggung jawab atas jalan dan perkembangan
dunia dan kemanusiaan.
Kita dibangkitkan untuk peri-kemanusiaan. Kita harus aktif
menyumbangkan harta kita kepada kemanusiaan, menyumbangkan apa yang kita miliki
untuk membangun dunia kembali diatas puing reruntuhan dunia lama.
Karena karunia Ilahy ummat Islam didunia sekarang banyak yang memegang
kekuasaan dalam negara-negara yang baru merdeka. Sebagai Muslim dia menerima
pesan – amanat dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk membawa dan melaksanakan ajaran
dan syari’at Islam didaerah kekuasaannya.
Kemukakan ajaran Islam kepada manusia. Gempitakan suara Islam dalam
segala pertemuan; nasional dan internasional.
Jikalau Ayub Khan dari Pakistan, Amir Faisal dari Haramain, dan
lain-lain kepala dari negara Muslimin didunia mengatur kerjasama yang rapi,
membawa dan memperjuangkan ajaran Islam untuk membangun dunia dan kemanusiaan
kembali, wahai, dalam waktu yang dekat Dunia Islam akan beroleh kembali
kedudukannya sebagai pemimpin dan penengah didunia.
Negara dan bangsa-bangsa Afro-Asia yang kini bergolak mengusir
penjajah, banyak terdiri dari kaum Muslimin yang terikat oleh ‘Aqidah yang satu
dan keyakinan yang serupa, yalah Qur-an dan Sunnah.
Tidak ada alasan yang dapat menghalangi mereka untuk mengadakan
kerjasama dalam menghadapi masalah dunia dan manusia.
Seluruh Ummat Islam memberikan harapan dan kepercayaan kepada para
putera Islam yang kebetulan kini sedang memegang pemerintahan negara, agar
mereka membuktikan ke Islamannya dalam praktek – kenyataan, melaksanakan hukum
dan syari’at Islam dalam lapangan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Pena dan pedang Syuhada yang membina Haramain, Pakistan, Suria dan Mesir dan lain-lain negara Muslimin lainnya memesankan, agar diatas bumi yang telah merdeka itu tegak Daulah dan Hukumah Islamiyah.
Dienul Islam sebagai Undang-undang Ilahy dilapangan syachsiyyah dan ijtima’iyyah, menuntut muthlak-perlu adanya Daulah dan Hukumah
Islamiyah itu.
Qur-an dan Hadits, hakum dan syari’at dan syari’at Islamiyah tidak
berkaki dan bertahan, tidak bisa berjalan sendiri.
Qur-an dan Hadits, hukum dan syari’at Islam memerlukan kekuasaan
duniawi (weldlijke macht), yang berhak memerintah dan menegah manusia.
Kekuasaan itu yang berwenang untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar, tugas pokok dari
setiap Mu’min yang memahami fungsi dan misinya didunia.
Kamu terimalah Kitab yang Aku berikan kepada kamu dengan kekuatan, dan ingatlah apa yang tersebut didalamnya supaya kamu menjadi orang Taqwa.
Kamu terimalah Kitab yang Aku berikan kepada kamu dengan
kekuatan dan dengarkanlah betul-betul.
(QS. Al Baqarah : 63, 93 ; Al A’raf : 17)
Ayat-ayat diatas secara langsung juga berbicara kepada Amir Faisal, Ayub Khan dan lain-lain putera Islam yang memegang kekuasaan negara, agar mereka menggunakan kedudukan dan kekuasaan mereka untuk kejayaan Islam dan kaum Muslimin, untuk ‘Izzul Islam wal Muslimin.
Di Indonesia warganegaranya tidak kurang dari 95% yang beragama Islam.
Para penjabat Negara dari pusat sampai ke Rukun Tetangga terdiri dari
sebagian besar Ummat Islam, mempunyai kewajiban moril dan formil untuk
menjalankan syari’at Islam (Syar’iyyah Islamiyah), seperti yang diamanatkan
oleh Piagam Jakarta yang terkenal itu. Kewajiban moril karena kita adalah kaum
Muslimin, dan formil konstitusionil karena Piagam Jakarta tidak boleh
dipisahkan dengan UUD 45; kedua-duanya memberi landasan kebijaksanaan untuk
melakukan itu.
Adalah kewajiban Ulama dan Sarjana Islam untuk memberi bekal dan
sumbangan kepada para pemimpin negara diseluruh dunia, terutama di Afro-Asia
yang para Umara’nya banyak terdiri dari kaum Muslimin. Dalam bidang ini Mujahid
Da’wah (Muballigh Islam) dapat memberikan darmabaktinya, sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapinya pula.
Ber-Da’wah kepada para Pemimpin Negara supaya dengan kekuasaan dan
syaukah yang ditangan mereka, Islam dipakai untuk membangun masyarakat dan negara.
Menegakkan Qur-an dan Sunnah, menggunakan dia menjadi asas pembangunan
untuk kebahagiaan rakyat, menciptakan mashlahatuljama’ah, bahagia bersama.
Jikalau kita menyebut beberapa kepala Negara diatas agar merintis
perjuangan Qur-an dan Sunnah dengan kuasa dan wewenang yang ada ditangannya,
adalah dengan kesadaran, bahwa mereka adalah pendukung Qur-an dan Sunnah itu.
Bukankah Negara Sa’udi Arabia yang pimpinannya sekarang (1964) ditangan
Amir Faisal adalah jerih payah dari perjuangan besar Syechul Islam Muhammad bin
Abdulwahhab, yang memperjuangkan Qur-an dan Sunnah itu dengan pena dan pedang ?
Bukankah Negara Pakistan tidak bisa dipisahkan dengan peletak dasar
yang pertama, pujangga dan sarjana Islam yang masyhur Muhammad Iqbal ?
Nation building yang kini kita jadikan thema pokok dalam segala
kegiatan, tidak bisa dipisahkan dengan gerakan reformasi dan modernisasi dalam
batang tubuhnya Ummat Islam sendiri, justru Ummat Islam adalah golongan
mayorita dinegeri ini.
Nation Building dan reformisme-modernisme Islam pada hakekatnya adalah
satu, seperti satunya jasmani dan ruhani, jiwa dan jasad.
Ajaran Islam yang murni dan asli (Qur-an dan Sunnah) bukan saja berguna
untuk nation building kita, tetapi untuk membangun dunia baru yang bebas dari
perbudakan dan perhambaan.
Islam yang tidak bersumber kepada Qur-an dan Sunnah, yang penuh dengan
churafat, syirik, bid’ah dan sebagainya, tidak mungkin dapat memberikan
sahamnya untuk nation building dan character building.
Islam yang sudah dikebiri dan dilucuti oleh seribu satu penyakit yang
ditumbuhkan oleh Ummat Islam sendiri, tidak akan mampuh memberikan sumbangannya
bagi pembangunan Bangsa, Negara dan Dunia. Dari seorang fakir-miskin tak ada
kewajiban zakat yang harus dibayarnya, malah dia yang berhak menerima zakat.
Ummat yang tidak berpegang kepada Qur-an dan Sunnah (Ummat Islam) tidak
mempunyai apa-apa yang dapat disumbangkannya kepada Dunia dan Manusia, malah
tidak berhak berbicara atas nama Ummat Islam.
Rumus Ideologi Da’wah yang bersumber kepada Qur-an dan Sunnah, hanya
itu sajalah yang dapat kita ketengahkan kepada manusia, sebagai pilihan dan
alternatif untuk mengembangkan kehidupan, mengedalikan kemanusiaan, membuat
Negara dan Dunia ini menjadi bahagia dan bercahaya buat semuanya.
................