Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

 

VII. IDEOLOGI DAN STRATEGI DA’WAH

 

 

A. Fungsi Wahyu

.....................

 

B. Membangun Dunia Islam

.............................

 

1.       Menemukan kembali ajaran Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.

......................

2.       Ummat Islam harus menemukan dirinya kembali.

.......................

 

3.       Menghidupkan rasa percaya kepada diri sendiri.

Kurangnya kefahaman dan kedalaman pengertian kita tentang kehendak Wahyu dan isi Nubuwwah, tiadanya kesatuan susunan, kesatuan pimpinan dan kesatuan perjuangan dalam memperjuangkan keyakinan bersama ini, telah membenturkan kita kepada kegagalan; kegagalan dalam segala sektor, dalam segala bidang dan ruang.

Sudikah kita mengakui, bahwa pada saat kita merasa perdagangan kita beruntung dan memberi laba, sebenarnya pokok yang sudah termakan ?

Relakah kita mengakui, bahwa sebenarnya angkatan pimpinan zaman kita telah gagal dalam mengendalikan perjuangan ?

Kita gagal dan tidak berhasil menggalang kesatuan dan kesaudaraan dikalangan Ummat kita. Kita telah keliru memperhitungkan situasi, telah keliru menilai perimbangan kekuatan yang sebenarnya dalam masyarakat.

Kita telah chilaf dalam menggunakan dan memakai dana dan tenaga, sehingga usaha yang kita kembangkan kurang memberi nilai-guna dan nilai-hasil, tidak seimbang dengan harapan dan perhitungan kita.

Kita kerap memberi harapan yang berlebih-lebihan kepada Ummat yang kita pimpin, tanpa memperhitungkan Undang kehidupan dan Undang perjuangan.

Herankah kita, tatkala harapan dan janji yang pernah kita pesonakan itu tidak menjadi kenyataan, maka tumbuhlah kelesuan dan kelayuan harapan dalam masyarakat kita ?

Acap benar kita merasakan, bahwa dinamik perkembangan dunia yang meledak diluar kita, kita rasakan sebagai ancaman yang hendak memusnahkan hidup kita, hendak menelan seluruh arti dan fungsi kita ditengah-tengah dunia ini.

Kerap benar terasa dalam hati, malah menjadi sikap jiwa yang angkuh, congkak menyombongkan diri, dimana kita merasa dunia dan masyarakat ini tidak akan bergerak tanpa kita. Sikap jiwa yang susah untuk mempertanggung-jawabkannya itu, hanyalah akan menumbuhkan cannisme, menahan kegiatan bertindak untuk terjun kemedan pertarungan.

Dari pesenggerahan hidup yang demikian itu, kita hanya akan melihat bayangan gelap dalam kepingan-kepingan tebal, sebutir terang haram tak nampak.

Gejala kegoncangan bathin yang demikian itu, pasti akan menanamkan pesimisme, apatisme dan defaitisme dikalangan Ummat ramai, akan melenyapkan elan vital untuk membuka harapan dan kemungkinan masadepan kita, memberikan perspektif bagi kehidupan dan perjuangan kita.

Problem pokok atau kern problem bagi seorang pemikir dan pejuang, chusus bagi Shahibud Da’wah yang setiap sa’at bergaul dengan masyarakat besar ini yalah, kita harus menegakkan kembali dinamisme, menghidupkan idealisme, mengembangkan optimisme dan menyuburkan anthousiasme berjuang.

Disebalik itu kita harus menyadari realisme dunia, darata kenyataan tempat kita berpijak.

Kenapa kita tempo-tempo memandang idealisme dan realisme dunia adalah dua-ufuk yang bertentangan ?

Pandangan yang demikian itu, adalah tanda dan gejala belum lepasnyakita dari belenggu gelap yang mengungkung seluruh susunan hidup kita.

Hantu disiang hari yang menakuti dan menjadi momok bagi kita itu, sebenarnya adalah gambaran dari kesangsian kita sendiri, kebimbangan dan ketidak-pastian dalam jiwa kita.

Ruh yang sudah lemah, yang sudah rusak perhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, akan melihat isi alam ini sebagai ancaman maut, bencana kematian.

Memusnahkan kesangsian dan mengusir ketidak-pastian yang bersarang dalam benua ruhani kita, hanyalah mungkin kita lakukan jika kita memahamkan kembali dan memulihkan lagi dinamik dan militansi Islam yang telah terbang meninggalkan kita; dinamik dan militansi hasil binaan Wahyu dan Nubuwwah.

Wahyu dan Nubuwwah menimbulkan selera baru bagi kehidupan. Membuat hidup ini lebih penuh dan sungguh, lebih besar, lebih berisi dan berarti.

Wahyu dan Nubuwwah mendewasakan manusia dan kemanusiaan mematangkan pemikiran untuk menangkap rahasia dan misteria yang gelap, mencerlangkan ruhani dan budi manusia untuk mengenal hakekat segala.

Wahyu dan Nubuwwah melenyapkan kesangsian, kecemasan dan ketegangan, memberi arah dan tujuan, haluan dan kebijaksanaan kepada manusia yang memakai dia dengan pengertian dan kesadaran.

Wahyu dan Nubuwwah menciptakan oase ketenteraman dan kenangan ditengah-tengah debu kehidupan yang bergolak.

Wahyu dan Nubuwwah telah melintasi dunia dalam segala kemaknaan, telah menuturkan sesuatu yang berarti dan berisi. Ia telah menjadi mercusuar pimpinan, ukuran bagi kebenaran, sumber murni dari segala kemajuan kemanusiaan.

Wahyu dan Nubuwwah telah mempersiapkan kita menghadapi tekanan hidup, membajakan jiwa dan semangat kita dalam memandang dan menantang segala persoalan dalam kehidupan dan perjuangan.

Horatius, penulis Rumawi zaman purba memberi isi kepada Hidup dengan ucapan yang sedap dan segar :

Setiap hari berarti Kehidupan Baru.

Berbahagialah manusia yang memiliki hari ini.

Dengan bathin kuat memandang hari baru.

Silahkan datang hari esok membawa malapetaka

Hari ini adalah milikku.

Ucapan diatas memesankan, agar Bani Insan memenuhi udara dan cakrawala hidup ini dengan kegiatan, amal dan tindakan.

Sikap tamanni dan menanti, menangguhkan langkah menunggu cuaca cerah, hanyalah menunjukkan kelemahan jiwa dan kekeringan ruhani.

Vitalita dan dinamika hidup menterjemahkan tugas manusia kepada dunia dan kemanusiaan, tugas Ummat Islam untuk menegakkan Al Haq didunia.

Kita harus, memusnahkan pesimisme (hilang harap); menumbuhkan rasa percaya dan harap, menentukan nasib diri sendiri.

Percaya kepada diri sendiri, percaya kepada kebenaran dan keyakinan yang diperjuangkan.

Alifbata perjuangan kemerdekaan ditanah jajahan segala bangsa, didahului dengan didikan yang berlapiskan pengertian, rasa percaya kepada diri sendiri dalam jantung hati rakyat.

Pengajian politik bertolak dari situ.

Begitu di Indonesia, demikian di Afrika !

Kalau suatu Ummat sudah tidak percaya kepada dirinya sendiri, sudah sangsi atas benarnya keyakinan dan ideologi perjuangan, jangan diharapkan Ummat itu dapat tegak kembali sebagai Ummat yang bermutu atau bangsa yang bernilai.

Sunnah Ilahy jelas mengajarkan, bahwa suatu bangsa tidak akan mengalami perubahan dan mendapatkan perbaikan, kecuali kalau bangsa itu bergerak dan berbuat kearah itu.

Yang demikian itu, karena Allah tidak akan merubah ni’mat yang telah Ia karuniakan kepada suatu bangsa, sehingga bangsa itu merubah dirinya sendiri, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (QS. Al Anfal : 53 )

Sesungguhnya Allah tidak merubah apa-apa pada sesuatu bangsa sehingga mereka sendiri merubahnya (QS. Ar Ra’d : 11 )

Ni’mat bisa berubah menjadi la’nat, karena hasil perbuatan dan tindakan manusia, yang tidak mampu bersyukur ni’mat.

Malapetaka bisa berubah menjadi bahagia-raya, karena amal perbuatan manusia, yang dapat mengatasi kesulitan dan mengangkat kegiatan seukuran dengan kebenaran dan ke’adilan.

Ummat Islam semuanya, apa jua kedudukan dan jabatannya, bertanggungjawab atas rebah atau tegaknya Agama Islam didunia, bangun atau rubuhnya Agama Tauhid.

Menjadi Ummat Islam tidak hanya menjadi kebangsaan bagi manusia yang menganutnya, tapi menuntut tanggung-jawab yang besar, membawa pesan yang agung, tugas berat yang wajib dipenuhi.

Kaum Musyrikin pasti tidak akan mema’murkan Masjid-masjid Allah, mereka menyaksikan kekufuran diri mereka sendiri. Merekalah orang yang gugur segala amalnya, dan dalam nerakalah mereka akan kekal.

Hanyasanya yang akan mema’murkan Masjid-masjid Allah yalah orang-orang yang ber Iman kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, dan mengeluarkan Zakat, tidak mereka takut hanya kepada Allah semata, mudah-mudahan mereka termasuk golongan orang yang terpimpin. (QS. Al Baraah : 17 – 18 )

Shahibud Da’wah mendapat panggilan suci untuk menumbuhkan rasa percaya kepada diri sendiri dikalangan Ummat Islam, rasa bertanggung jawab memelihara Agama Allah ini dibidangnya masing-masing

Nasib Agama dan Ummat Islam seluruhnya terletak ditangan Ummat Islam sendiri.

Tanamkan ajaran ini kedalam kalbu dan nurani kaum Muslimin; semaikan bibit ini dihalaman ruhani Ummat Islam.

Tuhan yang mewajibkan dan membebankan tugas itu kepundak kita.

NabiNya memesankan ajaran besar itu dengan ucapan dan perbuatan, kegiatan dan perjuangan.

Setelah Nabi pulang mempertanggung-jawabkan  segala karya dan amalnya dihadapan Tuhan, kita yang dipilih oleh Tuhan untuk meneruskan perjuangan suci itu.

Kemudian setelah Muhammad, Kami wariskan Kitab itu kepada mereka yang Kami pilih dari hamba-hamba Kami.

Tetapi sebahagian dari mereka menganiaya dirinya (tidak sanggup berjuang) menjalankan perintah itu, dan sebahagian dari mereka tampil kedepan berbuat menciptakan kebajikan dan keutamaan degan idzin Allah, yang demikian itulah Karunia maha-besar dari Allah. (QS. Fathir : 32 )

Mimbar Da’wah zaman kita harus menggunakan fungsinya untuk menegakkan rasa harap dan percaya Ummat ini kepada dirinya, kepada keyakinan dan kebenaran yang diperjuangkannya.

Keyakinan yang benar dan perjuangan yang pasti menangnya, jika Ummat yang memperjuangkan dia memiliki kepercayaan kepada dirinya.

 

 

 

 

4.       Menghidupkan ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.

....................................

5.       Sanggup mempertahankan dan membela Islam, menjawab segala tantangan baik dari dalam maupun dari luar.

....................................

6.       Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti kepada revolusi kerakyatan disegala nation.

....................................