.....................
.............................
1.
Menemukan kembali ajaran
Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.
......................
2.
Ummat
Islam harus menemukan dirinya kembali.
.......................
3.
Menghidupkan rasa percaya kepada diri sendiri.
Kurangnya kefahaman dan kedalaman pengertian kita tentang kehendak
Wahyu dan isi Nubuwwah, tiadanya kesatuan susunan, kesatuan pimpinan dan
kesatuan perjuangan dalam memperjuangkan keyakinan bersama ini, telah
membenturkan kita kepada kegagalan; kegagalan dalam segala sektor, dalam segala
bidang dan ruang.
Sudikah kita mengakui, bahwa pada saat kita merasa perdagangan kita
beruntung dan memberi laba, sebenarnya pokok yang sudah termakan ?
Relakah kita mengakui, bahwa sebenarnya angkatan pimpinan zaman kita
telah gagal dalam mengendalikan perjuangan ?
Kita gagal dan tidak berhasil menggalang kesatuan dan kesaudaraan
dikalangan Ummat kita. Kita telah keliru memperhitungkan situasi, telah keliru
menilai perimbangan kekuatan yang sebenarnya dalam masyarakat.
Kita telah chilaf dalam menggunakan dan memakai dana dan tenaga,
sehingga usaha yang kita kembangkan kurang memberi nilai-guna dan nilai-hasil,
tidak seimbang dengan harapan dan perhitungan kita.
Kita kerap memberi harapan yang berlebih-lebihan kepada Ummat yang kita
pimpin, tanpa memperhitungkan Undang kehidupan dan Undang perjuangan.
Herankah kita, tatkala harapan dan janji yang pernah kita pesonakan itu
tidak menjadi kenyataan, maka tumbuhlah kelesuan dan kelayuan harapan dalam
masyarakat kita ?
Acap benar kita merasakan, bahwa dinamik perkembangan dunia yang
meledak diluar kita, kita rasakan sebagai ancaman yang hendak memusnahkan hidup
kita, hendak menelan seluruh arti dan fungsi kita ditengah-tengah dunia ini.
Kerap benar terasa dalam hati, malah menjadi sikap jiwa yang angkuh,
congkak menyombongkan diri, dimana kita merasa dunia dan masyarakat ini tidak
akan bergerak tanpa kita. Sikap jiwa yang susah untuk
mempertanggung-jawabkannya itu, hanyalah akan menumbuhkan cannisme, menahan
kegiatan bertindak untuk terjun kemedan pertarungan.
Dari pesenggerahan hidup yang demikian itu, kita hanya akan melihat
bayangan gelap dalam kepingan-kepingan tebal, sebutir terang haram tak nampak.
Gejala kegoncangan bathin yang demikian itu, pasti akan menanamkan
pesimisme, apatisme dan defaitisme dikalangan Ummat ramai, akan melenyapkan
elan vital untuk membuka harapan dan kemungkinan masadepan kita, memberikan
perspektif bagi kehidupan dan perjuangan kita.
Problem pokok atau kern problem bagi seorang pemikir dan pejuang,
chusus bagi Shahibud Da’wah yang setiap sa’at bergaul dengan masyarakat besar
ini yalah, kita harus menegakkan kembali dinamisme, menghidupkan idealisme,
mengembangkan optimisme dan menyuburkan anthousiasme berjuang.
Disebalik itu kita harus menyadari realisme dunia, darata kenyataan
tempat kita berpijak.
Kenapa kita tempo-tempo memandang idealisme dan realisme dunia adalah
dua-ufuk yang bertentangan ?
Pandangan yang demikian itu, adalah tanda dan gejala belum lepasnyakita
dari belenggu gelap yang mengungkung seluruh susunan hidup kita.
Hantu disiang hari yang menakuti dan menjadi momok bagi kita itu,
sebenarnya adalah gambaran dari kesangsian kita sendiri, kebimbangan dan
ketidak-pastian dalam jiwa kita.
Ruh yang sudah lemah, yang sudah rusak perhubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa, akan melihat isi alam ini sebagai ancaman maut, bencana kematian.
Memusnahkan kesangsian dan mengusir ketidak-pastian yang bersarang
dalam benua ruhani kita, hanyalah mungkin kita lakukan jika kita memahamkan
kembali dan memulihkan lagi dinamik dan militansi Islam yang telah terbang
meninggalkan kita; dinamik dan militansi hasil binaan Wahyu dan Nubuwwah.
Wahyu dan Nubuwwah menimbulkan selera baru bagi kehidupan. Membuat
hidup ini lebih penuh dan sungguh, lebih besar, lebih berisi dan berarti.
Wahyu dan Nubuwwah mendewasakan manusia dan kemanusiaan mematangkan
pemikiran untuk menangkap rahasia dan misteria yang gelap, mencerlangkan ruhani
dan budi manusia untuk mengenal hakekat segala.
Wahyu dan Nubuwwah melenyapkan kesangsian, kecemasan dan ketegangan,
memberi arah dan tujuan, haluan dan kebijaksanaan kepada manusia yang memakai
dia dengan pengertian dan kesadaran.
Wahyu dan Nubuwwah menciptakan oase ketenteraman dan kenangan
ditengah-tengah debu kehidupan yang bergolak.
Wahyu dan Nubuwwah telah melintasi dunia dalam segala kemaknaan, telah
menuturkan sesuatu yang berarti dan berisi. Ia telah menjadi mercusuar
pimpinan, ukuran bagi kebenaran, sumber murni dari segala kemajuan kemanusiaan.
Wahyu dan Nubuwwah telah mempersiapkan kita menghadapi tekanan hidup,
membajakan jiwa dan semangat kita dalam memandang dan menantang segala
persoalan dalam kehidupan dan perjuangan.
Horatius, penulis Rumawi zaman purba memberi isi kepada Hidup dengan
ucapan yang sedap dan segar :
Setiap hari berarti Kehidupan Baru.
Berbahagialah manusia yang memiliki hari ini.
Dengan bathin kuat memandang hari baru.
Silahkan datang hari esok membawa malapetaka
Hari ini adalah milikku.
Ucapan diatas memesankan, agar Bani Insan memenuhi udara dan cakrawala
hidup ini dengan kegiatan, amal dan tindakan.
Sikap tamanni dan menanti, menangguhkan langkah menunggu cuaca cerah,
hanyalah menunjukkan kelemahan jiwa dan kekeringan ruhani.
Vitalita dan dinamika hidup menterjemahkan tugas manusia kepada dunia
dan kemanusiaan, tugas Ummat Islam untuk menegakkan Al Haq didunia.
Kita harus, memusnahkan pesimisme (hilang harap); menumbuhkan rasa
percaya dan harap, menentukan nasib diri sendiri.
Percaya kepada diri sendiri, percaya kepada kebenaran dan keyakinan
yang diperjuangkan.
Alifbata perjuangan kemerdekaan ditanah jajahan segala bangsa,
didahului dengan didikan yang berlapiskan pengertian, rasa percaya kepada diri
sendiri dalam jantung hati rakyat.
Pengajian politik bertolak dari situ.
Begitu di Indonesia, demikian di Afrika !
Kalau suatu Ummat sudah tidak percaya kepada dirinya sendiri, sudah
sangsi atas benarnya keyakinan dan ideologi perjuangan, jangan diharapkan Ummat
itu dapat tegak kembali sebagai Ummat yang bermutu atau bangsa yang bernilai.
Sunnah Ilahy jelas mengajarkan, bahwa suatu bangsa tidak akan mengalami
perubahan dan mendapatkan perbaikan, kecuali kalau bangsa itu bergerak dan
berbuat kearah itu.
Yang demikian itu, karena Allah tidak akan merubah ni’mat
yang telah Ia karuniakan kepada suatu bangsa, sehingga bangsa itu merubah
dirinya sendiri, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (QS. Al
Anfal : 53 )
Sesungguhnya Allah tidak merubah apa-apa pada sesuatu bangsa
sehingga mereka sendiri merubahnya (QS. Ar Ra’d : 11 )
Ni’mat bisa berubah menjadi la’nat, karena hasil perbuatan dan tindakan
manusia, yang tidak mampu bersyukur ni’mat.
Malapetaka bisa berubah menjadi bahagia-raya, karena amal perbuatan
manusia, yang dapat mengatasi kesulitan dan mengangkat kegiatan seukuran dengan
kebenaran dan ke’adilan.
Ummat Islam semuanya, apa jua kedudukan dan jabatannya,
bertanggungjawab atas rebah atau tegaknya Agama Islam didunia, bangun atau rubuhnya
Agama Tauhid.
Menjadi Ummat Islam tidak hanya menjadi kebangsaan bagi manusia yang
menganutnya, tapi menuntut tanggung-jawab yang besar, membawa pesan yang agung,
tugas berat yang wajib dipenuhi.
Kaum Musyrikin pasti tidak akan mema’murkan Masjid-masjid
Allah, mereka menyaksikan kekufuran diri mereka sendiri. Merekalah orang yang
gugur segala amalnya, dan dalam nerakalah mereka akan kekal.
Hanyasanya yang akan mema’murkan Masjid-masjid Allah yalah
orang-orang yang ber Iman kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, dan
mengeluarkan Zakat, tidak mereka takut hanya kepada Allah semata, mudah-mudahan
mereka termasuk golongan orang yang terpimpin. (QS. Al Baraah : 17 – 18 )
Shahibud Da’wah mendapat panggilan suci untuk menumbuhkan rasa percaya
kepada diri sendiri dikalangan Ummat Islam, rasa bertanggung jawab memelihara
Agama Allah ini dibidangnya masing-masing
Nasib Agama dan Ummat Islam seluruhnya terletak ditangan Ummat Islam
sendiri.
Tanamkan ajaran ini kedalam kalbu dan nurani kaum Muslimin; semaikan
bibit ini dihalaman ruhani Ummat Islam.
Tuhan yang mewajibkan dan membebankan tugas itu kepundak kita.
NabiNya memesankan ajaran besar itu dengan ucapan dan perbuatan,
kegiatan dan perjuangan.
Setelah Nabi pulang mempertanggung-jawabkan segala karya dan amalnya dihadapan Tuhan, kita yang dipilih oleh
Tuhan untuk meneruskan perjuangan suci itu.
Kemudian setelah Muhammad, Kami wariskan Kitab itu kepada
mereka yang Kami pilih dari hamba-hamba Kami.
Tetapi sebahagian dari mereka menganiaya dirinya (tidak
sanggup berjuang) menjalankan perintah itu, dan sebahagian dari mereka tampil
kedepan berbuat menciptakan kebajikan dan keutamaan degan idzin Allah, yang
demikian itulah Karunia maha-besar dari Allah. (QS. Fathir : 32 )
Mimbar Da’wah zaman kita harus menggunakan fungsinya untuk menegakkan
rasa harap dan percaya Ummat ini kepada dirinya, kepada keyakinan dan kebenaran
yang diperjuangkannya.
Keyakinan yang benar dan perjuangan yang pasti menangnya, jika Ummat
yang memperjuangkan dia memiliki kepercayaan kepada dirinya.
4.
Menghidupkan ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.
....................................
5.
Sanggup mempertahankan dan membela Islam, menjawab segala
tantangan baik dari dalam maupun dari luar.
....................................
6.
Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti
kepada revolusi kerakyatan disegala nation.
....................................