.....................
.............................
1.
Menemukan kembali ajaran
Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.
......................
2.
Ummat
Islam harus menemukan dirinya kembali.
.......................
3.
Menghidupkan
rasa percaya kepada diri sendiri.
4.
Menghidupkan ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.
Islam bukan hanya Agama rumus, bukan hanya agama pola dan formula.
Islam adalah Agama perjuangan, agama kesungguhan.
Menjadi seorang Muslim sekaligus menjadi pahlawan yang sanggup
berjuang.
Seluruh ajaran Islam, segenap kalimat dan semangat dalam Al-Qur-an dan
Hadits Nabi yang menjadi tafsir Al-Kitab itu, semuanya ada tali-temalinya
dengan perjuangan, tidak ada yang lepas dari matarantai perjuangan.
Jika Islam bukanlah Agama perjuangan, tidak berhak ia menyatakan diri
sebagai Agama yang terachir didunia, tidak berhak dia mengakui Agama yang
paling sempurna untuk menjawab seluruh persoalan dunia dan kemanusiaan.
Seorang Muslim menyatakan keyakinan Tauhidnya, membahas upacara
per’ibadahan Islam, pergaulan hidup Islam, perdamaian dan persaudaraan manusia,
kerukunan antar bangsa, perluasan daerah, susunan masyarakat dan
politik-kenegaraan, semuanya itu berhubungan langsung dengan perjuangan, tidak
lagi yang lepas daripadanya.
Dikala cahaya fajar menyingsing diufuk Timur, ayam jantan berkokok
memuja Tuhannya, segera menggema suara Bilal dari Masjid Nabawy. Gema adzan itu
bersambung dari menara kemenara, disegala Masjid dan Mushala seluruh dunia.
Jutaan muadzin yang menyambung suara Bilal memanggil Ummat yang ber
Iman.
Adzan dan panggilan itu dibuka dengan kalimat Takbir, Allahu Akbar (Allah Maha Besar), disusul dengan
kalimat militan : Hayya
‘alal Falaah ! (Mari
merebut Menang !).
Antara kalimat Takbir yang membuka adzan dengan kalimat Hayya ‘alal
falaah yang menyusulnya, ada sesuatu yang tidak diucapkan, tapi terasa dalam
jiwa daya dan adanya, ............ ialah perjuangan.
Perjuangan membela Kebesaran Tuhan, mempertahankan Keesaan Tuhan,
perjuangan merebut dan menegakkan Kehidupan Menang didunia.
Allahu Akbar, laa ilaha illallaah !
Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan kecuali Dia !
Itu kalimat Tauhid !
Kalimat Tauhid itu yang telah mengikat dan menyusun uchuwwah dan
jama’ah Islamiyah masa dahulu.
Kalimat Tauhid itu yang telah membentuk Quwwah Islamiyah, kekuatan
Islam yang telah menggoncangkan kerajaan Persi dan Rumawi.
Atsarut Tauhid itu yang telah memancarkan kemampuan membangun dan
menciptakan sesuatu yang berarti dalam dunia, karya dan jasa Ummat Islam.
Ruhut Tauhid itu yang telah melahirkan pahlawan dan perwira Islam pada
abad pertama.
Ajaran Tauhid itu yang telah menuntun Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa dalam
menunaikan risalah Tuhannya, menghadapi segala manusia dan segala kekuasaan
yang menentang.
Kalimat dan semangat Tauhid itu yang telah mengendalikan Nabi Yang
Terachir, Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali dalam perjuangan dan
pertarungan keyakinan, menghadapi segala manusia dan segala kekuasaan yang
hendak memusnahkan dia.
Allahu Akbar !
Dengan kalimat itu Mu’min dipanggil untuk menegakkan Shalat.
Dengan kalimat itu pula Mu’min memulai Shalatnya. Shalat yang dimulai
dengan Takbir dan ditutup dengan Salaam (seruan damai dan sejahtera bagi
seluruh isi alam)
Mu’min sadar, antara Takbir dan Salaam itu terbentang jalan perjuangan
yang jauh, terbuka medan dan gelanggang perjuangan yang luas entah dimana
tepinya.
Allahu Akbar !
Kalimat itu juga yang telah menggerakkan Ummat Islam Indonesia dalam
Revolusi Agustus yang besar, mengurbankan apa saja yang dimilikinya untuk
memenangkan perjuangan bangsa.
Puluhan kali kalimat itu dibaca dan diulang dikala adzan dan iqamat,
diwaktu shalat dan dzikir; memperingatkan kepada Ummat Tauhid bahwa mereka
adalah Ummat yang berjuang.
Berjuang membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan didunia.
Berjuang melepaskan sijelata dari belenggu kezaliman. Berjuang menahan tangan
sewenang-wenang dari manusia yang kuat yang hendak menelan dan memusnahkan kaum
yang lemah. Berjuang mengembalikan perjalanan seluruh isi alam ini kepada
garis-ketentuan kekal, harmoni dan abadi.
Muslim dan Mu’min memantangkan dan mengharamkan dirinya tinggal diam
menonton kezaliman, penghisapan oleh manusia atas manusia, pemerasan dan
penindasan dari golongan yang kuat berkuasa atas golongan yang lemah, sijelata
yang papa.
Hanyalah Iman yang sudah kering dan Tauhid yang sudah layu, yang tidak
ambil peduli dengan segala kezaliman dan kesewenang-wenangan.
Iman yang sudah kering dan Tauhid yang sudah layu, itulah tanda dan
alamat kemusnahan dan keruntuhan yang pasti tibanya kepada kaum Muslimin.
Jiwa yang segan berjuang, enggan berkurban, takut kulit terkelupas,
takut kematian, cinta dunia dan benda, diperhamba oleh dunia dan benda, segala
itu adalah alamat telah lenyapnya kuasa Iman dari dada manusia.
Mari pembaca saya ajak menikmati ucapan Sayid Abdurrahman Al-Kawakiby
memesankan amanat jihad kepada sahabat-perjuangannya untuk menentang
imperialisme Barat, yang dirangkainya dalam bukunya Thabaai’ul Istabdaad :
Wahai bangsaku !
Semoga Tuhan menjauhkan kamu sekalian daripada siksa dan bencana.
Mudah-mudahan Ia melimpahkan kecerdasan kepadamu untuk kehidupan
terang mendatang.
Sekiranya para penzalim dan penindas bangsa Barat telah
membelenggu tanganmu, telah menyesakkan nafasmu dan menyempitnya dadamu,
sehingga merendahkan dirimu dan menghinakan kamu dalam pergaulan hidup ini,
sehingga engkau tidak tahan lagi, apakah kamu masih hidup atau sudah menjadi
bangkai ?
Sudikah kau memberitakan kepadaku ?
Mengapa kamu rela menerima pimpinan kamu yang zalim dan penindas, sehingga kamu dilemparkan kepada
maut-kematian ?
Tidakkah kamu berkuasa menentukan pilihan sendiri, agar kamu mati
menurut kehendakmu, tidak menurut kemauan kaum penindas dan pemeras ?
Ataukah memang penganiayaan dan penindasan itu kamu kehendaki,
sehingga datang kematian kepadamu ?
Demi Allah, tidak sekali-sekali begitu, tidak !
Jika aku rindu kepada kematian, baik dalam kehinaan atau dalam
kemuliaan, baik mati biasa atau mati dalam perjuangan, mati dan kematian itu
adalah sama dan tidak berbeda.
Mati adalah kemestian, tak guna ditakuti.
Jika aku merindui kematian, datanglah kematian itu hari ini,
jangan ditangguhkan sampai besok, dan hendaklah kematian itu ditanganku
sendiri, tidak ditangan musuh-musuhku.
Wahai sahabat perjuangan !
Dengan asma Allah aku menyampaikan harapan kepada kamu semua.
Ketahuilah, aku berkata benar kepadamu.
Aku tahu dan mengerti, bahwa kamu tidak ingin Maut karena
mencintai Hidup.
Akan tetapi engkau dungu dan bebal. Kami tidak tahu jalan kearah
kematian. Kamu lari mengelakkan Maut, padahal kamu menuju kearah itu.
Jikalau kalian mengerti jalan yang benar, tentulah kamu insaf,
bahwa lari dari mati adalah kematian yang sejati; dan tak gentar menghadapi
Maut adalah Hidup.
Sesungguhnya takut akan kepayahan, akan mengekalkan kita dalam
paya kepayahan itu.
Berani menempuh kepayahan dan mengatasi kesulitan, adalah
kesenangan dan kegembiraan yang kekal.
Ketahuilah olehmu, wahai bangsaku, sesungguhnya kemerdekaan, bebas
dari belenggu dan cengkraman kaum penindas dan pemeras, sehingga kamu merdeka
menjalankan segala perintah Ilahy dan menjauhi laranganNya, adalah laksana
syajaratulchuldi (pohon yang kekal abadi dalam sorga jannatunna’im), tetapi
pohon itu harus disiram dengan tetesan darah pengurbanan.
Adapun perbudakan dan perhambaan, adalah laksana syajaratuzzaqqum
(pohon yang kekal dalam neraka jahim); ia harus disiram dengan pengaliran darah
kotor, penghinaan dan jiratan leher selama-lamanya.
Alangkah indah, dalam dan tajamnya ucapan pejuang Islam itu !
Ruh jihad dan semangat kurban yang dipupuk oleh ajaran Tauhid; dengan
senyum simpul mencari Maut untuk menemani Hidup yang kekal, langsung mendapat kedudukan
terhormat disisi Rabbul Jalil, dalam jannah yang dijanjikan dan dicadangkan buat
Mu’minin dan Mujahidin.
Kaum Mu’minin telah menjual diri dan hartanya untuk menebus kehidupan
yang kekal itu. Jiwanya telah naik terbang meninggalkan duniawy dan materi.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari Mu’minin jiwa dan harta
mereka, dengan harga-balasan, bahwa untuk mereka disediakan sorga; tapi
hendaklah mereka berjuang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh,
itu suatu ketentuan yang dijanjikan, tersebut dalam Taurat, Injil dan Qur-an.
Bukankah tidak ada yang sempurna janjinya lebih daripada Allah ? Oleh sebab
itu, bergembiralah dengan perjanjian kamu yang janjikan kepadaNya, karena yang demikian adalah bahagia yang
besar. ( QS. Al Baraah : 111 )
Wahai Ummat Mu’min !
Apa sebabnya, jika kamu diseru berjuang pada jalan Allah, kamu
berat kepada bumi ? Apakah kamu lebih menyukai penghidupan dunia yang rendah
ini daripada kehidupan Achirat, padahal penghidupan dunia itu amatlah
sedikitnya jika dibandingkan dengan penghidupan Achirat ?
Kalau kamu tidak mau berjuang, Ia akan menurunkan adzab, siksa dan
bencana kepadamu, dan Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang tidak serupa
dengan kamu, sedangkan kamu tidak kuasa membahayai Dia sedikitpun, karena Allah
itu berkuasa atas segala sesuatu.
Berangkatlah dalam keadaan ringan atau berat berjuang dengan harta
dan jiwamu dijalan Allah, yang demikian itu adalah baik bagimu, jika kamu tahu.
Orang-orang yang ber-Iman kepada Allah dan Hari Kemudian tidak
akan minta tangguh kepadamu untuk mundur daripada berjuang dengan harta dan
jiwa mereka, Allah mengetahui orang-orang yang berbakti.
Hanya yang akan minta izin kepadamu yalah orang-orang yang tidak
percaya kepada Allah dan Hari Kemudian dan ragu-ragu hati mereka.
Lantaran itu mereka akan bingung dalam keraguan mereka.
( QS. Al-Baraah : 38-39, 41, 44-45 )
Mengapa kamu tidak mau berjuang pada jalan Allah, membela kaum
yang lemah, wanita dan pria serta anak-anak (yang karena tak tahan
menanggungkan kezaliman) mereka berdu’a kepada Tuhan :
Wahai Tuhan kami ! Keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya
zalim ini, dan kirimlah untuk kami langsung daripada Mu Pemimpin dan Pembela
kami dalam perjuangan.
( QS. An-Nisa’ : 75 )
Itulah sebagian dari suara Wahyu yang memberi komando kepada Ummat
Islam untuk berjuang pada jalan Allah, membela keadilan dan kebenaran, membela
kaum yang tertindas dan lemah.
Filosofi Jihad dalam Islam luas maknanya. Keluasan makna Jihad mencakup
segala kegiatan dan perjuangan.
Ia bisa meningkat ketaraf Qital (perang) berkuah darah menyabung nyawa,
merelakan jiwa berpisah dengan jasad, berpisah ruhani dan jasmani.
Dimedan perang para pejuang hanya mengenal kata-pilihan : binasa atau jaya.
Binasa artinya sorga, dan si Syahid langsung sampai kepangkuan
Tuhannya, tidak melalui hisab atau perhitungan. Bau yang harum semerbak dari
jannah tempat kaum shalihin itu hinggap keujung hidung para mujahiddin, dan
lambaian tangan para bidadari dari taman-firdaus memanggil mereka untuk cepat
berangkat kesana, ridla Ilahy menanti, janji Tuhan menunggu dia datang.
Jihad dalam arti yang luas, ialah ketekunan dan kesungguhan berjuang,
membela kebenaran dan keadilan dibumi, membela kaum yang lemah dan tertindas,
memusnahkan penghisapan dan pemerasan dalam segala bentuknya.
Mengawal dan mengamankan berjalannya Da’wah Islamiyah, melancarkan
seruan wahyu keseluruh isi bumi.
Mujahid Islam memulai perjuangan dari dirinya sendiri, melalui riyadlah
dan mujahadah, latihan dan kesungguhan, membentuk diri menjadi manusia-teladan
bagi segenap manusia lainnya.
Mu’min yang belum merampungkan dalam dirinya, tidak mungkin akan
berbuat baik dalam masyarakat bangsanya.
Hanyalah dari manusia yang shaleh akan keluar kreasi yang shaleh pula.
Manusia fasik, bernoda dan durjana, hanya akan menaburkan bencana didunia.
Ruhul Jihad dan ruhul-qurban, itulah tenaga yang menggerakkan segenap Mu’minin
dalam mematuhi segenap amar Ilahy, memimpin masyarakat kejalan suci, jalan kebenaran.
Mu’min yang telah merampungkan perjuangan dalam dirinya, meng-Islamkan
dirinya, mendapat tugas untuk meluaskan kegiatannya, meng-Islamkan manusia
diluar dirinya.
Itulah Alifbata perjuangan yang berhasil : mikro-sistem, bukan
makro-sistem.
Sistem yang begitu adalah ajaran Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi.
Mengaji dari Alif, menghitung dari Satu.
Menyusun dari bawah, membersihkan dari atas.
Demikianlah Islam penuntun pemeluknya, mendidik Muslim menjadi pejuang.
Pejuang terhadap dirinya sendiri, menguasai diri sendiri; berjuang
dalam masyarakat manusia.
Dihadapinya masyarakat dengan prinsip hidup, keyakinan dan kebenaran.
Keyakinan itu dibelanya dengan segala apa yang dimilikinya,
diperjuangkannya dengan segala kesungguhan dan kepenuhan.
Semangat jihad dan jiwa sabil yang dimilikinya, memantangkan dirinya
untuk mundur walau setapak. Baginya mundur adalah kematian dan kemusnahan.
Jika niat sudah dipasang, tujuan sudah ditentukan, langkah sudah
diayunkan, keadaan sudah diperhitungkan, dia bergerak dan berjuang tiada
hentinya.
Esa hilang dua terbilang !, itulah devis pejuang dalam gelanggang.
Memperhitungkan situasi, mengetahui cuaca dan suasana, menyadari
kenyataan yang ada.
Pejuang yang sejati, bukan saja hanya memiliki keyakinan, semangat dan
ruh berkurban dan berjuang, tetapi juga mengetahui Undang-undang perjuangan dan
Undang-undang perhitungan.
Disinilah terletak nilai teori dalam berjuang, Teori merumuskan chiththah
perjuangan, meletakkan strategi dan taktik berjuang.
Berjuang tanpa teori, tanpa strategi yang benar, akan menenggelamkan
sipejuang itu kelembah politik tambal-sulam dan opportunisme.
Politik tambal sulam yalah memetik hasil-hasil kecil yang dekat, laba
sementara; enerzinya habis disitu. Tidak ada kemampuan menciptakan yang asasi,
nilai kerja yang seukuran dengan keyakinan perjuangan.
Opportunisme yalah sikap petualangan, halauan perjuangan yang
ditentukan oleh gerak angin, kejadian kecil yang terjadi dalam gerak hidup; dia
telah menyerah kepada keadaan, menjadi hamba kenyataan.
Amir Syakib Arsalan menyebutkan manusia yang begitu Mustaslim bukan
Muslim.
Dihalaman yang lalu kita banyak menggunakan istilah pemikir dan
pejuang.
Kedua kata itu kita senafaskan !
Pengalaman masalalu memberi ajaran kepada kita, bahwa banyak terdapat
dalam masyarakat kaum Muslimin para pemikir tapi bukan pejuang, dan pejuang
bukan pemikir.
Suatu pemikiran yang tidak ada manfa’atnya buat perjuangan, nilainya
hanya seharga sampah, hampa. Perjuangan yang tidak dikendalikan oleh pikiran
yang jernih dan perhitungan yang matang adalah buta.
Ruh Jihad harus didampingi oleh pemikiran. Semangat Sabil harus
disoroti oleh otak Sabil.
Semangat yang meluap-luap yang mau mengepal dunia dan manusia ini dalam
tangan sendiri, pasti membawa manusia kepada kalap dan gelap mata; bertindak
tanpa perhitungan.
Dia sudah tidak berbuat menurut Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi.
Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi telah menetapkan hukum dan undang-undang
perjuangan, hukum dan undang-undang kehidupan, hukum dan undang-undang
perhitungan.
Shahibud Da’wah memikul tugas bukan saja menghidupkan ruhul jihad dan
ruhul qurban, tetapi memberikan didikan dan pengertian, teori perjuangan dan
perhitungan pengurbanan.
Salah satu dari kelemahan perjuangan Ummat Islam sejak puluhan tahun
sampai kini yalah, tidak memiliki teori perjuangan dan strategi perjuangan.
Ideologi berjuang tidak disertai teori berjuang, telah membuat kita
terkurung dalam lingkaran yang tidak berujung dan berpangkal : disitu-disitu juga,
seperti menghesta kain sarung.
Ummat ini harus kita persiapkan bukan saja dalam lapangan semangat, ruh
dan jiwa jihad, tapi harus kita persiapkan dengan perlengkapan dan pensyaratan berjuang,
tahu membuat perhitungan.
Risalatud Da’wah Islam harus bergerak kearah itu. Mempersiapkan Ummat
dengan didikan dengan pengertian, yang menerangi jalan perjuangan.
Mengembalikan ruhul jihad dan ruhul qurban kedalam jantung dan budinya,
meningkatkan taraf perjuangan dan memperbesar kemampuan berkurban.
Islam meminta pembelaan dari pemeluknya; keyakinan menuntut
pengurbanan.
Kalimatul Haq memanggil segenap Mu’minin dan Mu’minat untuk
tanpa-cadangan berjuang menyampaikan dan memperjuangkan dia ditengah-tengah
manusia.
Kalimatul Haq itu yang telah membuka daerah dunia yang luas di Timur
dan di Barat abad-abad yang silam, karena keperwiraan dan kepahlawanan
Juru Da’wah, yang telah mengantarkan
seruan Islam sampai ketepi ufuk dunia.
Pahlawan Da’wah yang demikian itu yang dinantikan oleh pemeluk Islam
dibumi, yang menghidupkan ruhul jihad dan ruhul qurban dalam jiwa dan sukma
Ummat Muhammad SAW.
Mudah-mudahan bertambah banyak didunia golongan angkatan yang
digambarkan oleh Nabi dalam Haditsnya :
Akan selalu ada segolongan dari Ummatku yang tegak melahirkan
Agama yang benar ini dan tidak merusak kepada mereka penghinaan-penghinaan yang
dilancarkan musuh, sehingga datang pembelaan dari Allah.
5.
Sanggup mempertahankan dan membela Islam, menjawab segala tantangan
baik dari dalam maupun dari luar.
....................................
6.
Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti
kepada revolusi kerakyatan disegala nation.
....................................