.....................
.............................
1.
Menemukan kembali ajaran
Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.
......................
2.
Ummat
Islam harus menemukan dirinya kembali.
.......................
3.
Menghidupkan
rasa percaya kepada diri sendiri.
..................................
4.
Menghidupkan
ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.
....................................
.....................................
a.
Serbuan-teratur
dari kaum Masehi.
Konon kabarnya, mereka telah membuat rencana dalam masa 50 tahun ingin
menjadi golongan mayorita di Indonesia, menggantikan kedudukan Ummat Islam.
Kabarnya konon (masih konon), diantara cara yang akan mereka tempuh
yalah melalui mengawinkan anak-mereka dengan puteri-puteri Islam.
Jika kabar yang bersifat “konon” itu benar, agak menggelikan juga.
Menurut hukum Islam, kaum Muslimin laki-laki boleh mengawini ahli kitab
(Nashara dan Yahudi), tetapi tidak boleh wanita Islam dikawini oleh mereka.
Jika cara berjodohan ini dipakai dengan planning dan pimpinan yang
teratur, kita kira hasilnya adalah kebalikan dari rencana mereka. Mereka yang
akan bertambah ciut, bukan kita.
Walau bagaimana, kita angkat topi kepada kaum Nasrani yang bertekad
hendak menggantikan Ummat Islam sebagai golongan mayorita.
Itu namanya ummat yang berkeyakinan dan ummat yang berjuang !
Wahyu telah dari dahulu memberi tahu kepada kaum Muslimin, bahwa kaum
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang dan rela sebelum Ummat Islam mengikut
agama mereka.
Kaum Yahudi dan Nashara tidak akan senang dan rela kepadamu
hingga engkau mengikuti agama mereka.
Katakanlah ! Sesungguhnya petunjuk yang sebenarnya yalah
Hidayah Allah. ( QS. Al Baqarah : 120 )
Quran sendiri mengakui kehendak-keinginan kaum Keristen, -maunya-
hendak melikwidir Agama Islam dari dunia dan Indonesia.
Apakah akan berhasil mereka menggantikan kedudukan Ummat Islam sebagai
golongan mayorita dinegeri ini, itu soal lain; imperialisme Belanda 350 tahun
berusaha kearah itu, hasilnya tak ada, walaupun usaha itu dengan wang yang
cukup dan bayonet terhunus.
Tetapi adanya program “50 tahun” itu telah menunjukkan keyakinan hidup
dan keyakinan berjuang dari Ummat Nasrani dinegeri ini.
Kita hormat kepada ummat yang berkeyakinan seperti itu.
Memang, tampaknya ada kemajuan dari ummat Nasrani setelah merdeka ini.
Bangsa Tionghoa yang masgul melihat negeri leluhurnya telah berubah
coraknya dari warisan nenek-moyang yang terkenal dengan filsafatnya yang tinggi,
kini mencari pegangan baru yang memuaskan dahaga jiwa Bathin yang sudah binasa bertindak,
berusaha mencari tali tempat bergantung. Usaha itu bertemu dengan misi dan
zending yang giat, tekun dan tangguh menambah pengikut.
Berdirilah gereja-gereja baru malah rumah Cina itu diserahkan untuk
gereja, tempat ibadah setiap minggu, ditengah-tengah masyarakat Islam yang
sedang nyenyak dengan mimpi yang indah.
Disebalik itu kampanye atau pengajian toleransi yang dikembangkan oleh
sebagian kaum pergerakan Islam setelah kemerdekaan, telah memberi peluang
kepada ummat Nasrani untuk memasuki halaman kaum Muslimin.
Pengajian toleransi secara massal itu sedikitnya telah berhasil
mendayuzkan Ummat Islam, mengurangi tajamnya kewaspadaan hidup ber Agama, dan
kalau tidak dikendalikan, toleransi itu bisa membawa kepada kapitulasi.
Memang, Islam adalah agama yang toleran, terutama terhadap kaum
kafir-kitabi.
Tapi toleransi atau tasamuh itu harus kita jaga jangan sampai jadi
tasahul, ceroboh atau kurang kewaspadaan.
Toleransi yang salah pasang, bisa membinasakan ruhani perjuangan,
apalagi jika dia dikembangkan secara massal.
Sikap yang benar menghadapi challenge kaum Nasrani, yalah : konfrontasi yang berisi toleransi, atau
toleransi yang berisi konfrontasi, seperti yang dibayangkan oleh Al-Quran
diatas.
Konfrontasi terbuka : Petunjuk yang benar hanyalah Hidayah dari Tuhan !
Konfrontasi terbuka, perjuangan dan perlombaan keagamaan yang fair,
mengadu Hujjah dengan Hujjah, Burhan dengan Burhan, alasan dengan alasan,
mengemukakan kebenaran masing-masing, menyatakan keyakinan masing-masing secara
tertib.
Tidak usah dengan cara merayu pemuda-pemuda Islam dengan gadis-gadis
Serani, sebab cara itu bisa menjadi bumerang bagi kaum yang menggunakannya,
merugikan dan menggulung barisan sendiri.
Disebalik itu ada gejala umum yang perlu kita sinyalir disini, yalah
hampir lenyapnya norma-keagamaan dalam dada pemuda kita dalam menentukan
haridepannya, dalam hubungan mencari pasangan.
Penulis sering dimintai fatwa oleh gadis-gadis Islam, agar dia
dibolehkan kawin dengan pemuda Serani. Soal agama (timbal balik) sama sekali tidak
tersangkut dalam persoalan mereka; semata-mata soal cinta.
Cinta yang tidak dikendalikan oleh norma Agama ini, tampaknya telah
menjadi gejala-umum dikalangan pemuda-pemudi Indonesia.
Disini terletak tanggung-jawab siorang tua terhadap anak-anaknya.
Gejala umum ini nyata merupakan tantangan.
Didikan dan pergaulan terpimpin adalah faktor yang menentukan untuk
menjawab tantangan itu.
Pergaulan dalam masyarakat kita; terang tidak menguntungkan bagi
hidup-keagamaan di Indonesia. Islam tidak akan bertambah, Keristen pun tidak
akan bertukuk.
Yang akan bertambah hanya adalah jadah. Ini amat membahayakan bagi
nation building Indonesia, membahayakan bagi Kemanusiaan yang akan datang.
Dalam hubungan kegiatan Ummat Nasrani yang paling menarik perhatian
kita yalah, adanya pendekatan antara Rum-Katholik dengan ummat Protestan.
Kedua golongan yang amat tajam pertentangannya ini kini mencari
titik-titik persamaan, mencari garis synthese yang mempersatukan guna
menciptakan kerjasama dalam kegiatan mengembangkan ajaran Keristen didunia dan
di Indonesia.
Terbentuknya Dewan Gereja Indonesia (DGI), harus dijadikan teladan oleh
Ummat Islam yang notabene tak ada selisih-keyakinan dikalangan mereka, tak ada
selisih ‘aqidah.
Memang, jika ajaran Quran dan Sunnah sudah tidak mempan lagi
mempersatukan kaum Muslimin, cara dunia luar menyusun diri dan membuat rencana
perjuangan, barangkali akan ada pengaruhnya kepada Ummat Muhammad, yang kini
tenggelam dalam jurang perselisihan dan perpecahan.
Jika dari angkatan si laruik sanjo ini sudah memang tidak ada harapan untuk menjawab tantangan diatas,
barangkali kepada angkatan baru Islam kita bisa meminta pertolongan.
Jawablah tantangan itu dengan kegiatan dan ketekunan.
Dalam hubungan segala itu yang perlu dijaga yalah keragaman hidup
beragama.
Beda keyakinan dan kepercayaan, tidak perlu mengganggu keragaman hidup
dalam negara kita yang beradab ini.
Nation Building memerlukan pengertian timbalbalik dan toleransi
timbalbalik antar agama di Indonesia.
Konfrontasi terbuka antara segala keyakinan di Indonesia, terutama
antara agama samawy harus berjalan secara fair, jauh dari rasa benci dan
dendam, sempit dada atau sesak nafas.
Hidup berdampingan secara damai dan kerjasama antara kedua agama selama
perjuangan kemerdekaan, masih tetap diperlukan untuk merampungkan revolusi
Indonesia, menjayakan Bangsa dan Negara Indonesia.
Konfrontasi keyakinan bagi kami hanya terbatas dalam kegiatan Da’wah,
membuka pengertian dan menggali asas hidup ditengah manusia, memaparkan
keyakinan secara terbuka.
b.
Marxisme,
materialisme, atheisme dan komunisme.
c.
Sekularisme,
La Dinyah.
d.
Penobrosan
kebudayaan.
e.
Aliran
kebathinan yang tumbuh-menjamur.
f.
Desintegrasi
dalam tubuh Ummat Islam.
6.
Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti
kepada revolusi kerakyatan disegala nation.
....................................