.....................
.............................
1.
Menemukan kembali ajaran
Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.
......................
2.
Ummat
Islam harus menemukan dirinya kembali.
.......................
3.
Menghidupkan
rasa percaya kepada diri sendiri.
..................................
4.
Menghidupkan
ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.
....................................
.....................................
a.
Serbuan-teratur dari
kaum Masehi.
...........................
b.
Marxisme,
materialisme, atheisme dan komunisme.
Bahwa filsafat materialisme (faham serbabenda) dan atheisme (faham
takada Tuhan) yang menjadi pangkal-tolak komunisme yang dichutbahkan oleh
Marxisme berisi ancaman bagi hidup keagamaan dan kepercayaan tidak ada ichtilaf
diantara Ummat yang ber Agama dan ber Tuhan, apa juga Agama dan kepercayaannya.
Pandangan hidup materialisme, atheisme dan komunisme adalah merupakan
fitnah, bencana yang membawa manusia ketaraf yang lebih rendah, memperkosa
fithrah insaniah.
Tak ada Tuhan, tak ada wahyu atau Nabi, tak ada Hari Kemudian sesudah
hari ini, tak ada yang ghaib selain dari yang nyata dan dapat diraba, tak ada
Agama, --- faham dan pandangan ini telah ada sejak dahulukala, menonjol pada
diri Fir’aun dalam bentuk mengangkat dirinya sebagai Tuhan.
Seorang pujangga Islam melukiskan bencana Fir’aunisme itu dalam sebuah
rangkuman sya’irnya :
Bencana besar telah menggoncangkan setiap Ummat Tauhid, dan
menangislah Muhammad dalam kuburnya melihat penderitaan Ummat, Ka’bah dan
Raudah bagaikan ditimpa gempa mahadahsyat, bergoyang-goyang laksana hendak
gugur kebumi.
Manusia menggati Tuhan dengan pemimpinnya Fir’aun yang berkata
kepada rakyat : “Sayalah Tuhan yang mahatinggi! “
Kalau pandangan hidup kufur itu berpadu dalam diri manusia yang
memegang kekuasaan, kuat dan perkasa, ialah Tuhan yang mahakuasa, tak ada Tuhan
selain dari dia, menguasai bumi dan langit, setelah dia tak ada lagi. Faham dan
pandangan diluar itu dibasminya, manusia yang menyerukan faham lain
dimusnahkannya.
Itulah isi kekejaman Fir’aun terhadap Musa dan ‘Isa, riwayat yang
menjadi saksinya.
Bagaimana pandangan Marxisme terhadap Agama ?
Lenin mengatakan :
Marxisme adalah serbabenda. Dengan demikian dia adalah musuh yang
tak mengenal kasihan terhadap Agama, sebagaimana kaum Ensiklopedis abad
kedelapan belas dan materialisme dialektika dari Marx da Engels bertindak lebih
jauh dari kaum Ensiklopedis dan Fenerbach, karena ia menterapkan falsafah
materialis kedalam ilmu pengetahuan sejarah dan masyarakat.
Kita harus memerangi agama...........
Ditempat lain jurutafsir Marxisme itu mengatakan :
Kita harus memerangi agama, inilah abc seluruh materialisme oleh
karena itu juga merupakan abc Marxisme. Tetapi Marxisme bukanlah Marxisme yang
hanya tinggal diam pada abc itu.
Marxisme harus terus. Ia berkata : kita harus mengetahui bagaimana
memerangi agama, tetapi untuk itu orang harus menerangkan secara materialis
akan sumber kepercayaan agama dari massa.
Jadi : lenyapnya agama, hidup atheisme, penyebaran faham atheisme
adalah tugas utama kita.
Tugas Marxisme adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.
Tugas komunisme adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.
Tugas dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Partai-partai komunis
diseluruh dunia adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.
Komunisme tidak mungkin tumbuh dibahagian dunia ini, jika Agama masih
tegak dan kepercayaan masih hidup dalam hati manusia.
Sebaliknya Agama dan kepercayaan tidak mungkin hidup, subur dan mekar,
diatas bumi yang dikuasai oleh komunis.
Jamal Abdul Naser menulis dalam buku Haqiqat Al Syuyu’iyah (Hakekat Komunisme) :
Apa sebenarnya yang telah didapat oleh kaum komunis dari
komunismenya, tidak lain daripada bahwa mereka itu sesungguhnya sudah menjadi alat-alat
mati dalam mesin produksi umum, walaupun mereka itu manusia yang mempunyai
iradat dan kemauan.
Mereka itu telah berlaku kufur terhadap Agama, sebab Agama dalam
pandangan komunisme adalah suatu ketachayulan belaka.
Dan mereka itu kufur terhadap kepribadian seseorang, sebab dalam
komunisme pribadi itu tiada wujudnya dan bukan suatu hakekat, melainkan
negaralah yang diakui adanya.
Mereka sudah kufur terhadap kemerdekaan, sebab kemerdekaan adalah
semacam kepercayaan terhadap adanya pribadi, sedang pribadi itu dalam sistem
komunis tidak berwujud dan tidak mempunyai kemauan.
Juga mereka telah kufur terhadap persamaan dalam sistem
kenegaraan, sebab negara dalam asa komunisme merupakan susunan
golongan-golongan manusia yang bertingkat-tingkat satu diatas yang lain yang
berbentuk segitiga (ahram), diatas puncaknya bertachta seorang yang mana kuasa
dan berjuta-juta rakyat berhampar dibahagian bawah sekali yang merupakan
fundamennya.
Itulah komunisme yang berlandaskan atheisme, berdasarkan materialisme
dan bersumber kepada Marxisme !
Itulah komunisme yang diametral bertentangan dengan ajaran segala Agama
!
Baik Marxisme, materialisme, atau atheisme dan komunisme, segala itu
merupakan tantangan yang harus kita jawab.
Menentang, melawan dan memusnahkan Fir’aunisme, Marxisme, materialisme,
atheisme dan komunisme dalam segala bentuknya, adalah tugas seluruh Ummat
beragama disegala nation.
Azza’im Sayid Jamaluddin Al-Afghany, seorang filasoof, pengarang,
orator dan politici Islam yang kenamaan itu telah membahas filsafat
materialisme dan atheisme itu dalam bukunya Bantahan kepada Dahriyyin.
Faham dan pandangan materialisme, atheisme dan komunisme, adalah
merupakan tantangan bagi seluruh manusia beragama dan ber Tuhan.
Ia bukan saja tantangan bagi Ulama, Sarjana, Zu’ama, Umara dan Pendeta.
Ia bukan saja tantangan kepada Masjid dan Gereja serta tempat upacara
agama lainnya, tetapi tantangan bagi kehidupan kemasyarakatan, kenegaraan dan
kemanusiaan, adab dan asas budi.
Ia bukan saja tantangan kepada Hatta dari Indonesia, pengikut Nehru
dari India, Ayub Khan dari Pakistan, Jamal Abdul Naser dari Kairo, Amir Faisal
dari Haramain, Paus di Roma dan lain-lainnya, tetapi tantangan yang harus
dijawab oleh Ummat ber Agama dan ber Tuhan diseluruh dunia.
Jawab yang benar serta tepat atas tantangan itu yalah dengan memberikan
alternatif yang lain kepada dunia dan manusia.
Bukan dengan jalan ber-tasyabuh, melagukan nyanyian Nasakom Bersatu dalam paduan-suara yang selalu kita dengar selama ini.
Paradok yang terbesar dalam sejarah kenegaraan kita yalah Nasakom !
Kita heran dan tidak mengerti melihat Partai-Partai Agama begitu rela
dan mesra bersatu dalam pola Nasakom.
Kita bertanya dalam hati sendiri, sewaktu Partai-Partai Islam menerima
kerjasama dan bersatu dalam pola dan format Nasakom, apakah tafsir Al Quran
surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : Bekerjasamalah kamu atas dasar kebaikan dan
Taqwa, dan jangan sekali-kali bekerjasama atas dasar dosa dan permusuhan !
Wala ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan !, tolong carikan tafsirnya, wahai partai-partai
Islam yang kini sedang asyik bekerjasama dan bersatu dalam Nasakom.
Bersatu dalam Nasakom tidak lebih dan tidak kurang hanyalah membesarkan
anak harimau dalam rumah, setelah besar dan kuat harimau itu akan menelan
segala keluarga dalam rumah itu.
Dibawah panji-panji Nasakom PKI berkembang amat pesatnya, menyusun
kekuatan, dan yakinlah, setelah mereka merasa kuat kelak, mereka akan merebut
kekuasaan dengan paksaan dan kekerasan, banjir darah dan Madiun kedua akan
terjadi lagi di Indonesia.
Jika yang demikian terjadi, partai-partai Agama umumnya dan
partai-partai Islam chususnya harus mempertanggungjawabkan sikapnya dimahkamah
sejarah dan dipengadilan Tuhan Rabbul Jalil kelak.
Tuan-tuan tidak boleh mengelakkan tanggung-jawab !
Kini (1964) tuan-tuan berangkul-rangkulan dengan kaum komunis; kelak
besar lagi, melakukan kudeta terhadap kekuasaan yang sah.
Jika itu terjadi, wahai partai-partai Islam, wahai alim-ulama Nasakom,
apakah tuan-tuan akan berlepas tangan, mengelakkan tanggung-jawab ? Komunisme adalah
musuh Tuhan yang harus dimusnahkan.
Tuan-tuan partai-partai Islam dan para Ulama-Nasakom membesarkan PKI di
Indonesia, langsung atau tidak langsung, dengan pemberian atau tidak, sedang
membesarkan dan memperkuat Partai Komunis Indonesia, yang akan menerbitkan
bencana dan malapetaka di Indonesia.
Satu-satunya sikap tuan-tuan kini yalah : Taubat !
Kembali kejalan yang benar. Kembali kepada kepribadian Muslim yang
murni dan sejati.
Kembali kepada watak perjuangan Islam yang hakiki, yalah :
Bersikap tegas dan keras terhadap kaum anti Tuhan, dan bersikap ramah
dan tamah terhadap sesama Muslim.
Halt ! Berhenti !
Hentikan kerjasama dengan kaum komunis, lawan komunisme dengan senjata
keyakinan dan pegangan Agama yang kuat teguh.
Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang telah menyatakan dirinya
melalui UUD-nya adalah Bangsa dan Negara yang ber-Tuhan, jelas pada dasarnya
menolak faham Marxisme, materialisme, atheisme dan komunisme itu.
Secara formil dan konstitusionil Indonesia menolak kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya, seperti komunisme.
Sosialisme yang hendak dibangunnya jelas sosialisme yang ber-Tuhan,
sosialisme-religieus.
Nation dan character building Indonesia tegas hendak dilaksanakan
dengan menggunakan ajaran Agama sebagai unsur mutlak.
Ini dinyatakan berulang-ulang oleh pejabat tinggi kenegaraan, malah
oleh Presiden Sukarno sendiri.
Menegakkan, memelihara dan mempertahankan Ketuhanan, dan menolak serta
memusnahkan aliran anti Ketuhanan, di Indonesia bukan saja tugas keagamaan tapi
program kenegaraan : konstitusi yang menyebutkannya dengan bahasa yang jelas.
Ia bukan saja tugas Kepala Negara sampai ke Pamong Desa, bukan saja
tugas segala aparatur negara, segala instansi, tapi tugas seluruh manusia dan
warga negara : Undang-Undang Dasar yang mewajibkannya dengan kata yang tegas.
Ketuhanan Yang Maha Esa, sila yang pertama dan utama dalam Pancasila,
memberi tafsir kepada sila yang lainnya, satu dengan yang lain tidak boleh ada
kontradiksi atau pertentangan didalamnya.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, terang bukan internasionalisme
proletar, yang dicita-citakan oleh komunisme itu.
Sosialisme Pancasila terang bukan komunisme, karena sosialisme yang
hendak dibangun adalah sosialisme yang ber Ketuhanan, sosialisme yang bukan saja
hendak memusnahkan kefakiran, tetapi juga hendak memusnahkan kekafiran.
Ia pada dasarnya memerangi dan menentang exploitation de l’homme par l’homme, dan exploitation de nation par nation, dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
Ia pada dasarnya menolak dan menentang serta memusnahkan imperialisme,
kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Ini pada dasarnya menolak dan menentang pandangan hidup materialisme
dan atheisme, dalam segala bentuk dan manifestasinya pula.
Pendidikan dan pengajaran, kebudayaan dan kesenian, haluan dan
kebijaksanaan kenegaraan, kegiatan dan pembangunan, harus tidak bertentangan
dengan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Sosialisme Indonesia, nation dan character building Indonesia, bukan
saja tidak boleh melalui filsafat dan pandangan hidup materialsme dan atheisme,
tapi harus yang suci dan sunyi dari pengaruh dan unsur materialisme dan
atheisme.
Membasmi kefakiran harus parallel (sejalan) dengan memusnahkan
kekafiran !
Membasmi dan memusnahkan kefakiran dengan membangun sosialisme yang
ber-Ketuhanan.
Membasmi dan memusnahkan kekafiran dengan menegakkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Ini harus dijadikan program dan tugas kenegaraan yang terpokok.
Kefakiran dan kekafiran, kedua kata itu tersusun dari huruf yang sama,
jumlah huruf yang serupa.
Huruf yang 9 jumlahnya itu, hanya letak susunannya yang berlainan.
Benarlah sabda Nabi Muhammad SAW. Dalam Haditsnya :
Kadal faqru an yakuna kufran !
Kefakiran mendekatkan kepada kekufuran !
Kefakiran dan kemelaratan membawa manusia kepada kekufuran.
Diatas kefakiran dan kekafiran itulah tumbuhnya atheisme dan komunisme
!
Jika kefakiran dan kekafiran sudah tak ada, maka hilanglah ruang hidup
bagi atheisme dan komunisme itu.
Kefakiran adalah kelaparan jasmani, dan kekafiran adalah kelaparan
ruhani !
Tugas pokok terutama dari para Juru Da’wah yalah, ikut aktif membasmi
kefakiran dalam masyarakat Indonesia, ikut-aktif beramal dan berbuat
menciptakan sosialisme yang ber-Ketuhanan, menciptakan bahagia untuk semuanya
(mashlahatul jama’ah).
Seiring dengan menggemanya agitasi dan demagogi komunisme sekarang ini
(1964), agitasi anti komunisme harus berganti dengan usaha yang positif, yalah
mengachiri kefakiran dan kemelaratan dikalangan rakyat kita.
Muballighul Islam jangan hanya membawa manusia memikirkan soal-soal
achirat semata-mata, tetapi memimpin manusia menyelesaikan persoalan hidupnya
didunia, membangun Dunia Baru dan Kemanusiaan Baru yang ber Salam dan ber
Bahagia.
Dalam pesannya kepada para Ulama dan Zu’ama Islam Dr. Mohammad Hatta
berkata :
Menghukum dan menolak Atheisme karena mengancam benteng agama
Islam, tidak cukup dan hanyalah merupakan tindakan yang negatif. Untuk menahan
arus Atheisme hendaklah dengan melaksanakan tindakan yang positif, berdasarkan
tujuan melaksanakan keadilan Islam dalam masyarakat Indonesia. Keadilan Islam
meliputi kebebasan manusia Indonesia dari sengsara hidup, merasa bahagia hidup
bagi kesejahteraan dalam masyarakat dan melahirkan rasa damai dalam jiwa
manusia pribadi dan dalam pergaulan hidup. Apabila berlaku keadilan Islam di Indonesia
maka dengan sendirinya komunisme akan lenyap dari bumi Indonesia. Apabila berlaku
keadilan Islam di bumi kita ini tidak ada yang akan dituntut oleh komunisme.
Keadilan Islam adalah keadilan yang setinggi-tingginya, keadilan Ilahi.
Keadilan Islam menumbuhkan rasa damai, rasa bahagia dan sejahtera. Persaudaraan
tertanam dalam masyarakat. *)
Nasehat Dr. M. Mohammad Hatta yang diucapkan 7 tahun yang lalu (1958) itu
benar seluruhnya.
Dalam ceramahnya di Jakarta tentang “Islam dan Marxisme” Bung Hatta menutup
uraiannya :
Untuk memberikan pegangan kepada pembangunan masyarakat Islam yang sejati
– dimana terlaksana cita-cita sosialisme yang pokok-pokoknya sudah tercantum didalam
Quran – perlu dibangun secara teratur suatu pandangan hidup Islam tentang masyarakat.
Suatu masyarakat yang dikuasai oleh norma-norma etik Islam, yang melaksanakan
keadilan Ilahi, keadilan sosial yang sebesar-besarnya.
Dengan bersendikan Tauhid dikupas berturut-turut, misalnya :
a.
Kedudukan orang-orang seorang dalam masyarakat, dan berhubung dengan
itu apa kewajiban-hidupnya.
b.
Kedudukan keluarga dalam masyarakat, dan tanggungjawab orang seorang
terhadap keluarga.
c.
Fungsi berbagai-bagai organisasi dalam masyarakat dan negara.
d.
Hubungan bagian terhadap keseluruhannya dan tugas keseluruhannya terhadap
bagian-bagiannya.
e.
Pimpinan masyarakat dan negara.
f.
Negara kemakmuran menurut pandangan Islam.
Islam harus memimpin perjuangan hidup manusia dengan tujuan : melepaskan
kapitalisme dan membangun masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan keadilan
Ilahi = keadilan sosial yang sebesar-besarnya.
Inilah satu-satunya jalan untuk menyusutkan pengaruh marxisme dalam
masyarakat. Sebab, kalau keadilan sosial yang sebesar-besarnya itu berlaku dalam
masyarakat, tidak ada lagi yang menjadi tuntutan ekonomi dan sosial bagi marxisme.
**)
Apa yang dikatakan oleh Bung Hatta diatas, menyuruh para Mujahid Da’wah
untuk menggali ajaran Islam dalam hubungan kemasyarakatan, mengamalkan ajaran
itu dengan cara bersungguh-sungguh.
Menunjukkan ajaran Islam dengan bukti-kenyataan, bukan hanya dengan
pernyataan.
Bukan dengan agitasi tapi dengan prestasi.
Zaman agitasi dan demagogi, zaman pembakaran semangat dan sorak-sorai
telah silam dan harus silam.
Kini kita harus memberi isi dan arti, didikan dan pengertian,
melaksanakan perbaikan dan membuat kebajikan buat rakyat kita.
Membasmi dan memusnahkan kefakiran dan kemiskinan, menciptakan
sosialisme, membahagiakan sejelata agar mereka ikut merasakan dan menikmati
harga dan rasa kemerdekaan yang telah mereka tebus dengan segala pengorbanan.
Memusnahkan kefakiran dan kemiskinan, menciptakan sosialisme Indonesia
yang ber-Ketuhanan, bukan saja tugas para Umara (pemimpin Negara), tetapi tugas
para Ulama, Zu’ama, Sarjana dan para Aghniya (hartawan dan usahawan).
Tenaga dan dana swasta perlu dipimpin dan dimobilisir, agar dapat
dimanfaatkan untuk melaksanakan keadilan dan kebahagiaan. Pemerintah atas nama
Negara berhak melakukan tindakan, agar dana dan harta swasta itu tidak hanya
menyenangkan perseorangan dan golongan, tetapi merata buat seluruh lapisan
rakyat.
Memusnahkan kekafiran dan anti Ketuhanan, membawa seluruh manusia
Indonesia kepada Tuhan, membuat seluruh warganegara menjadi Insan yang ber-Tuhan,
bukan saja tugasnya para Ulama dan Zu’ama, pastor dan Pendeta, tapi tugas dari
para Umara (pusat dan daerah), karena mereka adlah fungsionarian dan mandataris
dari Negara yang ber Ketuhanan.
Kalau perjuangan memusnahkan kefakiran dan kekafiran itu dijalankan
serempak dan serentak, maka atheisme dan aliran anti Ketuhanan tidak akan ada
di Indonesia ini.
Para pejuang Da’wah diharapkan sudi mempelopori kegiatan memusnahkan
kefakiran dan kekafiran.
*) : Mohammad Hatta, Pidato sambutan Kongres Alim Ulama seluruh Indonesia, Daulah Islamiyah, Suara Angkatan Revolusioner
Islam, Nomor istimewa, 1958, hal. 18.
**) : Mohammad Hatta, Islam dan Marxisme, Hikmah : Majalah Islam Populer, No. 25 Th. XII, 31 Desember 1959, hal:
5-7.
c.
Sekularisme,
La Dinyah.
d.
Penobrosan
kebudayaan.
e.
Aliran
kebathinan yang tumbuh-menjamur.
f.
Desintegrasi
dalam tubuh Ummat Islam.
6.
Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti
kepada revolusi kerakyatan disegala nation.
....................................