Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

 

VII. IDEOLOGI DAN STRATEGI DA’WAH

 

 

A. Fungsi Wahyu

.....................

 

B. Membangun Dunia Islam

.............................

 

1.       Menemukan kembali ajaran Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.

......................

2.       Ummat Islam harus menemukan dirinya kembali.

.......................

3.       Menghidupkan rasa percaya kepada diri sendiri.

..................................

4.       Menghidupkan ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.

....................................

5.        Menjawab tantangan.

.....................................

 

a.       Serbuan-teratur dari kaum Masehi.

...........................

 

 

b.       Marxisme, materialisme, atheisme dan komunisme.

Bahwa filsafat materialisme (faham serbabenda) dan atheisme (faham takada Tuhan) yang menjadi pangkal-tolak komunisme yang dichutbahkan oleh Marxisme berisi ancaman bagi hidup keagamaan dan kepercayaan tidak ada ichtilaf diantara Ummat yang ber Agama dan ber Tuhan, apa juga Agama dan kepercayaannya.

Pandangan hidup materialisme, atheisme dan komunisme adalah merupakan fitnah, bencana yang membawa manusia ketaraf yang lebih rendah, memperkosa fithrah insaniah.

Tak ada Tuhan, tak ada wahyu atau Nabi, tak ada Hari Kemudian sesudah hari ini, tak ada yang ghaib selain dari yang nyata dan dapat diraba, tak ada Agama, --- faham dan pandangan ini telah ada sejak dahulukala, menonjol pada diri Fir’aun dalam bentuk mengangkat dirinya sebagai Tuhan.

Seorang pujangga Islam melukiskan bencana Fir’aunisme itu dalam sebuah rangkuman sya’irnya :

Bencana besar telah menggoncangkan setiap Ummat Tauhid, dan menangislah Muhammad dalam kuburnya melihat penderitaan Ummat, Ka’bah dan Raudah bagaikan ditimpa gempa mahadahsyat, bergoyang-goyang laksana hendak gugur kebumi.

Manusia menggati Tuhan dengan pemimpinnya Fir’aun yang berkata kepada rakyat : “Sayalah Tuhan yang mahatinggi! “

Kalau pandangan hidup kufur itu berpadu dalam diri manusia yang memegang kekuasaan, kuat dan perkasa, ialah Tuhan yang mahakuasa, tak ada Tuhan selain dari dia, menguasai bumi dan langit, setelah dia tak ada lagi. Faham dan pandangan diluar itu dibasminya, manusia yang menyerukan faham lain dimusnahkannya.

Itulah isi kekejaman Fir’aun terhadap Musa dan ‘Isa, riwayat yang menjadi saksinya.

Bagaimana pandangan Marxisme terhadap Agama ?

Lenin mengatakan :

Marxisme adalah serbabenda. Dengan demikian dia adalah musuh yang tak mengenal kasihan terhadap Agama, sebagaimana kaum Ensiklopedis abad kedelapan belas dan materialisme dialektika dari Marx da Engels bertindak lebih jauh dari kaum Ensiklopedis dan Fenerbach, karena ia menterapkan falsafah materialis kedalam ilmu pengetahuan sejarah dan masyarakat.

Kita harus memerangi agama...........

Ditempat lain jurutafsir Marxisme itu mengatakan :

Kita harus memerangi agama, inilah abc seluruh materialisme oleh karena itu juga merupakan abc Marxisme. Tetapi Marxisme bukanlah Marxisme yang hanya tinggal diam pada abc itu.

Marxisme harus terus. Ia berkata : kita harus mengetahui bagaimana memerangi agama, tetapi untuk itu orang harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan agama dari massa.

Jadi : lenyapnya agama, hidup atheisme, penyebaran faham atheisme adalah tugas utama kita.

Tugas Marxisme adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.

Tugas komunisme adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.

Tugas dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Partai-partai komunis diseluruh dunia adalah memusnahkan Agama dan kepercayaan.

Komunisme tidak mungkin tumbuh dibahagian dunia ini, jika Agama masih tegak dan kepercayaan masih hidup dalam hati manusia.

Sebaliknya Agama dan kepercayaan tidak mungkin hidup, subur dan mekar, diatas bumi yang dikuasai oleh komunis.

Jamal Abdul Naser menulis dalam buku Haqiqat Al Syuyu’iyah (Hakekat Komunisme) :

Apa sebenarnya yang telah didapat oleh kaum komunis dari komunismenya, tidak lain daripada bahwa mereka itu sesungguhnya sudah menjadi alat-alat mati dalam mesin produksi umum, walaupun mereka itu manusia yang mempunyai iradat dan kemauan.

Mereka itu telah berlaku kufur terhadap Agama, sebab Agama dalam pandangan komunisme adalah suatu ketachayulan belaka.

Dan mereka itu kufur terhadap kepribadian seseorang, sebab dalam komunisme pribadi itu tiada wujudnya dan bukan suatu hakekat, melainkan negaralah yang diakui adanya.

Mereka sudah kufur terhadap kemerdekaan, sebab kemerdekaan adalah semacam kepercayaan terhadap adanya pribadi, sedang pribadi itu dalam sistem komunis tidak berwujud dan tidak mempunyai kemauan.

Juga mereka telah kufur terhadap persamaan dalam sistem kenegaraan, sebab negara dalam asa komunisme merupakan susunan golongan-golongan manusia yang bertingkat-tingkat satu diatas yang lain yang berbentuk segitiga (ahram), diatas puncaknya bertachta seorang yang mana kuasa dan berjuta-juta rakyat berhampar dibahagian bawah sekali yang merupakan fundamennya.

Itulah komunisme yang berlandaskan atheisme, berdasarkan materialisme dan bersumber kepada Marxisme !

Itulah komunisme yang diametral bertentangan dengan ajaran segala Agama !

Baik Marxisme, materialisme, atau atheisme dan komunisme, segala itu merupakan tantangan yang harus kita jawab.

Menentang, melawan dan memusnahkan Fir’aunisme, Marxisme, materialisme, atheisme dan komunisme dalam segala bentuknya, adalah tugas seluruh Ummat beragama disegala nation.

Azza’im Sayid Jamaluddin Al-Afghany, seorang filasoof, pengarang, orator dan politici Islam yang kenamaan itu telah membahas filsafat materialisme dan atheisme itu dalam bukunya Bantahan kepada Dahriyyin.

Faham dan pandangan materialisme, atheisme dan komunisme, adalah merupakan tantangan bagi seluruh manusia beragama dan ber Tuhan.

Ia bukan saja tantangan bagi Ulama, Sarjana, Zu’ama, Umara dan Pendeta.

Ia bukan saja tantangan kepada Masjid dan Gereja serta tempat upacara agama lainnya, tetapi tantangan bagi kehidupan kemasyarakatan, kenegaraan dan kemanusiaan, adab dan asas budi.

Ia bukan saja tantangan kepada Hatta dari Indonesia, pengikut Nehru dari India, Ayub Khan dari Pakistan, Jamal Abdul Naser dari Kairo, Amir Faisal dari Haramain, Paus di Roma dan lain-lainnya, tetapi tantangan yang harus dijawab oleh Ummat ber Agama dan ber Tuhan diseluruh dunia.

Jawab yang benar serta tepat atas tantangan itu yalah dengan memberikan alternatif yang lain kepada dunia dan manusia.

Bukan dengan jalan ber-tasyabuh, melagukan nyanyian Nasakom Bersatu dalam paduan-suara yang selalu kita dengar selama ini.

Paradok yang terbesar dalam sejarah kenegaraan kita yalah Nasakom !

Kita heran dan tidak mengerti melihat Partai-Partai Agama begitu rela dan mesra bersatu dalam pola Nasakom.

Kita bertanya dalam hati sendiri, sewaktu Partai-Partai Islam menerima kerjasama dan bersatu dalam pola dan format Nasakom, apakah tafsir Al Quran surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : Bekerjasamalah kamu atas dasar kebaikan dan Taqwa, dan jangan sekali-kali bekerjasama atas dasar dosa dan permusuhan !

Wala ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan !, tolong carikan tafsirnya, wahai partai-partai Islam yang kini sedang asyik bekerjasama dan bersatu dalam Nasakom.

Bersatu dalam Nasakom tidak lebih dan tidak kurang hanyalah membesarkan anak harimau dalam rumah, setelah besar dan kuat harimau itu akan menelan segala keluarga dalam rumah itu.

Dibawah panji-panji Nasakom PKI berkembang amat pesatnya, menyusun kekuatan, dan yakinlah, setelah mereka merasa kuat kelak, mereka akan merebut kekuasaan dengan paksaan dan kekerasan, banjir darah dan Madiun kedua akan terjadi lagi di Indonesia.

Jika yang demikian terjadi, partai-partai Agama umumnya dan partai-partai Islam chususnya harus mempertanggungjawabkan sikapnya dimahkamah sejarah dan dipengadilan Tuhan Rabbul Jalil kelak.

Tuan-tuan tidak boleh mengelakkan tanggung-jawab !

Kini (1964) tuan-tuan berangkul-rangkulan dengan kaum komunis; kelak besar lagi, melakukan kudeta terhadap kekuasaan yang sah.

Jika itu terjadi, wahai partai-partai Islam, wahai alim-ulama Nasakom, apakah tuan-tuan akan berlepas tangan, mengelakkan tanggung-jawab ? Komunisme adalah musuh Tuhan yang harus dimusnahkan.

Tuan-tuan partai-partai Islam dan para Ulama-Nasakom membesarkan PKI di Indonesia, langsung atau tidak langsung, dengan pemberian atau tidak, sedang membesarkan dan memperkuat Partai Komunis Indonesia, yang akan menerbitkan bencana dan malapetaka di Indonesia.

Satu-satunya sikap tuan-tuan kini yalah : Taubat !

Kembali kejalan yang benar. Kembali kepada kepribadian Muslim yang murni dan sejati.

Kembali kepada watak perjuangan Islam yang hakiki, yalah :

Bersikap tegas dan keras terhadap kaum anti Tuhan, dan bersikap ramah dan tamah terhadap sesama Muslim.

Halt ! Berhenti !

Hentikan kerjasama dengan kaum komunis, lawan komunisme dengan senjata keyakinan dan pegangan Agama yang kuat teguh.

Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang telah menyatakan dirinya melalui UUD-nya adalah Bangsa dan Negara yang ber-Tuhan, jelas pada dasarnya menolak faham Marxisme, materialisme, atheisme dan komunisme itu.

Secara formil dan konstitusionil Indonesia menolak kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, seperti komunisme.

Sosialisme yang hendak dibangunnya jelas sosialisme yang ber-Tuhan, sosialisme-religieus.

Nation dan character building Indonesia tegas hendak dilaksanakan dengan menggunakan ajaran Agama sebagai unsur mutlak.

Ini dinyatakan berulang-ulang oleh pejabat tinggi kenegaraan, malah oleh Presiden Sukarno sendiri.

Menegakkan, memelihara dan mempertahankan Ketuhanan, dan menolak serta memusnahkan aliran anti Ketuhanan, di Indonesia bukan saja tugas keagamaan tapi program kenegaraan : konstitusi yang menyebutkannya dengan bahasa yang jelas.

Ia bukan saja tugas Kepala Negara sampai ke Pamong Desa, bukan saja tugas segala aparatur negara, segala instansi, tapi tugas seluruh manusia dan warga negara : Undang-Undang Dasar yang mewajibkannya dengan kata yang tegas.

Ketuhanan Yang Maha Esa, sila yang pertama dan utama dalam Pancasila, memberi tafsir kepada sila yang lainnya, satu dengan yang lain tidak boleh ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, terang bukan internasionalisme proletar, yang dicita-citakan oleh komunisme itu.

Sosialisme Pancasila terang bukan komunisme, karena sosialisme yang hendak dibangun adalah sosialisme yang ber Ketuhanan, sosialisme yang bukan saja hendak memusnahkan kefakiran, tetapi juga hendak memusnahkan kekafiran.

Ia pada dasarnya memerangi dan menentang exploitation de l’homme par l’homme, dan exploitation de nation par nation, dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Ia pada dasarnya menolak dan menentang serta memusnahkan imperialisme, kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Ini pada dasarnya menolak dan menentang pandangan hidup materialisme dan atheisme, dalam segala bentuk dan manifestasinya pula.

Pendidikan dan pengajaran, kebudayaan dan kesenian, haluan dan kebijaksanaan kenegaraan, kegiatan dan pembangunan, harus tidak bertentangan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa,

Sosialisme Indonesia, nation dan character building Indonesia, bukan saja tidak boleh melalui filsafat dan pandangan hidup materialsme dan atheisme, tapi harus yang suci dan sunyi dari pengaruh dan unsur materialisme dan atheisme.

Membasmi kefakiran harus parallel (sejalan) dengan memusnahkan kekafiran !

Membasmi dan memusnahkan kefakiran dengan membangun sosialisme yang ber-Ketuhanan.

Membasmi dan memusnahkan kekafiran dengan menegakkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ini harus dijadikan program dan tugas kenegaraan yang terpokok.

Kefakiran dan kekafiran, kedua kata itu tersusun dari huruf yang sama, jumlah huruf yang serupa.

Huruf yang 9 jumlahnya itu, hanya letak susunannya yang berlainan.

Benarlah sabda Nabi Muhammad SAW. Dalam Haditsnya :

Kadal faqru an yakuna kufran !

Kefakiran mendekatkan kepada kekufuran !

Kefakiran dan kemelaratan membawa manusia kepada kekufuran.

Diatas kefakiran dan kekafiran itulah tumbuhnya atheisme dan komunisme !

Jika kefakiran dan kekafiran sudah tak ada, maka hilanglah ruang hidup bagi atheisme dan komunisme itu.

Kefakiran adalah kelaparan jasmani, dan kekafiran adalah kelaparan ruhani !

Tugas pokok terutama dari para Juru Da’wah yalah, ikut aktif membasmi kefakiran dalam masyarakat Indonesia, ikut-aktif beramal dan berbuat menciptakan sosialisme yang ber-Ketuhanan, menciptakan bahagia untuk semuanya (mashlahatul jama’ah).

Seiring dengan menggemanya agitasi dan demagogi komunisme sekarang ini (1964), agitasi anti komunisme harus berganti dengan usaha yang positif, yalah mengachiri kefakiran dan kemelaratan dikalangan rakyat kita.

Muballighul Islam jangan hanya membawa manusia memikirkan soal-soal achirat semata-mata, tetapi memimpin manusia menyelesaikan persoalan hidupnya didunia, membangun Dunia Baru dan Kemanusiaan Baru yang ber Salam dan ber Bahagia.

Dalam pesannya kepada para Ulama dan Zu’ama Islam Dr. Mohammad Hatta berkata :

Menghukum dan menolak Atheisme karena mengancam benteng agama Islam, tidak cukup dan hanyalah merupakan tindakan yang negatif. Untuk menahan arus Atheisme hendaklah dengan melaksanakan tindakan yang positif, berdasarkan tujuan melaksanakan keadilan Islam dalam masyarakat Indonesia. Keadilan Islam meliputi kebebasan manusia Indonesia dari sengsara hidup, merasa bahagia hidup bagi kesejahteraan dalam masyarakat dan melahirkan rasa damai dalam jiwa manusia pribadi dan dalam pergaulan hidup. Apabila berlaku keadilan Islam di Indonesia maka dengan sendirinya komunisme akan lenyap dari bumi Indonesia. Apabila berlaku keadilan Islam di bumi kita ini tidak ada yang akan dituntut oleh komunisme.

Keadilan Islam adalah keadilan yang setinggi-tingginya, keadilan Ilahi. Keadilan Islam menumbuhkan rasa damai, rasa bahagia dan sejahtera. Persaudaraan tertanam dalam masyarakat. *)

Nasehat Dr. M. Mohammad Hatta yang diucapkan 7 tahun yang lalu (1958) itu benar seluruhnya.

Dalam ceramahnya di Jakarta tentang “Islam dan Marxisme” Bung Hatta menutup uraiannya :

Untuk memberikan pegangan kepada pembangunan masyarakat Islam yang sejati – dimana terlaksana cita-cita sosialisme yang pokok-pokoknya sudah tercantum didalam Quran – perlu dibangun secara teratur suatu pandangan hidup Islam tentang masyarakat.

Suatu masyarakat yang dikuasai oleh norma-norma etik Islam, yang melaksanakan keadilan Ilahi, keadilan sosial yang sebesar-besarnya.

Dengan bersendikan Tauhid dikupas berturut-turut, misalnya :

a.       Kedudukan orang-orang seorang dalam masyarakat, dan berhubung dengan itu apa kewajiban-hidupnya.

b.      Kedudukan keluarga dalam masyarakat, dan tanggungjawab orang seorang terhadap keluarga.

c.       Fungsi berbagai-bagai organisasi dalam masyarakat dan negara.

d.       Hubungan bagian terhadap keseluruhannya dan tugas keseluruhannya terhadap bagian-bagiannya.

e.       Pimpinan masyarakat dan negara.

f.        Negara kemakmuran menurut pandangan Islam.

Islam harus memimpin perjuangan hidup manusia dengan tujuan : melepaskan kapitalisme dan membangun masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan keadilan Ilahi = keadilan sosial yang sebesar-besarnya.

Inilah satu-satunya jalan untuk menyusutkan pengaruh marxisme dalam masyarakat. Sebab, kalau keadilan sosial yang sebesar-besarnya itu berlaku dalam masyarakat, tidak ada lagi yang menjadi tuntutan ekonomi dan sosial bagi marxisme. **)

Apa yang dikatakan oleh Bung Hatta diatas, menyuruh para Mujahid Da’wah untuk menggali ajaran Islam dalam hubungan kemasyarakatan, mengamalkan ajaran itu dengan cara bersungguh-sungguh.

Menunjukkan ajaran Islam dengan bukti-kenyataan, bukan hanya dengan pernyataan.

Bukan dengan agitasi tapi dengan prestasi.

Zaman agitasi dan demagogi, zaman pembakaran semangat dan sorak-sorai telah silam dan harus silam.

Kini kita harus memberi isi dan arti, didikan dan pengertian, melaksanakan perbaikan dan membuat kebajikan buat rakyat kita.

Membasmi dan memusnahkan kefakiran dan kemiskinan, menciptakan sosialisme, membahagiakan sejelata agar mereka ikut merasakan dan menikmati harga dan rasa kemerdekaan yang telah mereka tebus dengan segala pengorbanan.

Memusnahkan kefakiran dan kemiskinan, menciptakan sosialisme Indonesia yang ber-Ketuhanan, bukan saja tugas para Umara (pemimpin Negara), tetapi tugas para Ulama, Zu’ama, Sarjana dan para Aghniya (hartawan dan usahawan).

Tenaga dan dana swasta perlu dipimpin dan dimobilisir, agar dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan keadilan dan kebahagiaan. Pemerintah atas nama Negara berhak melakukan tindakan, agar dana dan harta swasta itu tidak hanya menyenangkan perseorangan dan golongan, tetapi merata buat seluruh lapisan rakyat.

Memusnahkan kekafiran dan anti Ketuhanan, membawa seluruh manusia Indonesia kepada Tuhan, membuat seluruh warganegara menjadi Insan yang ber-Tuhan, bukan saja tugasnya para Ulama dan Zu’ama, pastor dan Pendeta, tapi tugas dari para Umara (pusat dan daerah), karena mereka adlah fungsionarian dan mandataris dari Negara yang ber Ketuhanan.

Kalau perjuangan memusnahkan kefakiran dan kekafiran itu dijalankan serempak dan serentak, maka atheisme dan aliran anti Ketuhanan tidak akan ada di Indonesia ini.

Para pejuang Da’wah diharapkan sudi mempelopori kegiatan memusnahkan kefakiran dan kekafiran.

*) :     Mohammad Hatta, Pidato sambutan Kongres Alim Ulama seluruh Indonesia, Daulah Islamiyah, Suara Angkatan Revolusioner Islam, Nomor istimewa, 1958, hal. 18.

**) :    Mohammad Hatta, Islam dan Marxisme, Hikmah : Majalah Islam Populer, No. 25 Th. XII, 31 Desember 1959, hal: 5-7.

 

 

c.       Sekularisme, La Dinyah.

d.       Penobrosan kebudayaan.

e.       Aliran kebathinan yang tumbuh-menjamur.

f.         Desintegrasi dalam tubuh Ummat Islam.

 

 

 

6.       Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti kepada revolusi kerakyatan disegala nation.

....................................