.....................
.............................
1.
Menemukan kembali ajaran
Islam yang murni dan asli, bersumber kepada Qur-an dan Sunnah.
......................
2.
Ummat
Islam harus menemukan dirinya kembali.
.......................
3.
Menghidupkan
rasa percaya kepada diri sendiri.
..................................
4.
Menghidupkan
ruhul-jihad, dinamisme dan optimisme.
....................................
.....................................
a.
Serbuan-teratur dari
kaum Masehi.
...........................
b.
Marxisme, materialisme,
atheisme dan komunisme.
...........................
...........................
d.
Penobrosan
kebudayaan.
Kebudayaan luar Islam telah masuk kedalam rumahtangga kaum Muslimin.
Kebudayaan luar Islam telah hinggap menyelinap dalam tubuh masyarakat Islam.
Sikap dan kelakuan, pakaian dan pergaulan Ummat Islam, banyak yang
sudah lepas dari pimpinan Al Quran dan Sunnah.
Pakaian bukan lagi tujuannya untuk menutup aurat, tapi memikat segala
mata, menggiurkan segala hati.
Wanita dan gadis Islam sudah tidak tahu lagi, apa itu “aurat” yang
harus ditutup, yang harus dipertontonkan kepada manusia luar mahramnya.
Pakaian wanita dan gadis-gadis Islam sudah sama saja dengan wanita luar
Islam, senteng keatas dan kebawah. Semakin kelihatan aurat, semakin mode rupanya.
Larangan Tuhan membuka aurat atau perintah menutup aurat, sudah tidak
dihiraukan lagi.
Seminar aurat melalui pakaian yang setengah telanjang, telah menjadi
tanda yang umum dan merata dalam masyarakat kaum Muslimin.
Seorang ibu yang sudah beranak 13 orang, setengah telanjang pakaiannya
sama saja dengan pakaian anaknya no. 9.
Wanita Katholik rupanya lebih mengetahui “hukum Islam” tentang haramnya
terbuka aurat dimuka umum, daripada wanita Islam sendiri.
Pakaian nasional cara Ibu Kartini hanya dipakai sekali setahun, sewaktu
merayakan hari lahir Ibu Budiman itu. Walaupun pakaian nasional itu belum
memenuhi kehendak dan ajaran Islam, lumayan jugalah, jika dibandingkan dengan
pakaian orang kafir yang mempertontonkan paha, ketiak dan buah dada dimuka
ramai.
Pergaulan bebas diluar batas, antara pemuda dan pemudi, wanita dan
pria, telah biasa saja. Malah yang demikian itu telah dimasukkan kedalam
kategori kaum yang maju dan progresif : emansipasi yang salah pasang....... !
Dansa-dansi serta tari nasional telah meramaikan segala medan pertemuan
dalam acara bebas, malah semalam suntuk.
Zaman kolonial bangsa kita tidak “semaju” itu.
Pemuda-pemuda Indonesia yang terdidik disekolah Belanda zaman kolonial,
jika hendak berdansa mencontoh bangsa yang mendidiknya, terpaksa mencari tempat
dan waktu yang tidak kelihatan oleh bangsanya. Masih ada malunya mengerjakan
pekerjaan tidak layak itu dimuka umum.
Tetapi sekarang sifat malu itu sudah tidak ada lagi, karena dansa-dansi
sudah tidak “tabu” lagi dalam masyarakat.
Adalah tragis, segala itu kita temui juga pada anak-anak dari pemimpin
Islam sendiri, anak dari Juru Da’wah sendiri.
Apakah itu yang dinamakan kepribadian Indonesia ?
Nenekmoyang kita dahulu tidak begitu. Imperialis Barat yang membawa
peradaban liar itu kemari, dan kita ambil alih justru setelah imperialis itu
sudah tidak ada.
Dalam lapangan kesenian idem dito.
Seniman dan seniwati tenggelam memuja keindahan, tidak mampu memetik
hikmah-kegunaan, mana yang bermanfa’at dan maslahat bagi bangsanya.
Kebudayaan luas daerahnya dari yang dikemukakan diatas. Malahan yang
kita kemukakan adalah ranting, tapi penting.
Para Juru Da’wah harus aktif membentuk kepribadian Indonesia. Kepribadian
yang cocok dengan ruh Agama, semangat dan hukum budi.
Ummat Islam harus memberikan contoh dan teladan, bagaimana bentuknya
pribadi Muslim, bagaimana wajahnya Keluarga dan rumahtangga Islam itu.
Para Juru Da’wah harus mengawal bangsanya dari kebudayaan asing,
kebudayaan imperialis, kebudayaan kafir, yang kini telah menerobos masuk rumah
kita, melalui pintu muka dan pintu belakang.
Kita hendak mensinyalir dan memberi peringatan kepada pemuda-pemuda
Islam sendiri, terutama yang bergabung dalam organisasi pelajar dan mahasiswa Islam
:
.......... tingkah laku kalian, pakaian dan pergaulan kalian, tidak ada
bedanya sedikit juga dengan pemuda diluar Islam.
Kalian terlalu banyak bicara tentang Islam, hukum dan ajaran Islam,
hikmat dan filsafat Islam, dan entah apa lagi. Kalian mengagungkan nama Islam
sampai kepuncak arasy. Tetapi kelakuan kalian, pakaian dan pergaulan kalian,
telah menghancurkan dan menodai nama Islam ditengah-tengah manusia.
Kalian sembahyang, setelah sembahyang aurat kalian pamer-seminarkan
dimuka umum. Kalian malah tidak ambil asi dengan hukum dan ajaran Islam.
Setelah kenyang menelanjang diri dimuka umum, kalian sembahyang lagi
menghadap Tuhan. Tidaklah anda malu menghadap Dia, padahal muka anda hitam
karena baru saja bergelimang dengan larangan dan tegahan Tuhan ?
Kalian sungguh dalam pernyataan tapi hampa dalam kenyataan !
Kalian penuh dalam dalam pengakuan tapi kosong dalam kelakuan !
Itukah generasi muda yang akan menggantikan angkatan tua ?
Bukankah dalam hati kalian kini telah tumbuh faham yang ditanamkan
iblis, bahwa kalian tidak bisa hidup ditengah manusia ramai, kecuali dengan
melempar dan menanggalkan norma ajaran Agama ?
Bukankah dalam hati kalian kini hidup keinginan, untuk menjadi pemuda
Islam yang radikal dan revolusioner, harus dengan melalaikan ajaran dan hukum
Islam karena tidak serasi dengan semangat zaman ? *)
*) Dalam buku yang sedang dipersiapkan, “Tugas dan Peranan Generasi Muda
Islam dalam Pembinaan Orde Baru”, persoalan ini akan kita bahas kembali.
e.
Aliran
kebathinan yang tumbuh-menjamur.
f.
Desintegrasi
dalam tubuh Ummat Islam.
6.
Mengembangkan kegiatan yang konstruktif untuk memberi isi dan arti
kepada revolusi kerakyatan disegala nation.
....................................